Kediri (Antaranews Jatim) - Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kota Kediri terkendali dan berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik menunjukkan adanya perkembangan yang positif.

"Di 2018, kebijakan yang kami gunakan berdasarkan data dari BPS, termasuk mengurangi kemiskinan, menekan gini ratio, meningkatkan indeks pembangunan manusia, termasuk pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi terkendali," kata Wali Kota setelah kegiatan sosialisasi data sosial dan ekonomi Kota Kediri tahun 2018 di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri, Jawa Timur, Selasa.

Dari data BPS, laju pertumbuhan ekonomi dari 2014 hingga 2017 melambat dari 5,85 persen menjadi 5,14 persen. Laju pertumbuhan industri pengolahan tembakau melambat dari semula 6,14 persen menjadi 4,62 persen. Namun, laju pertumbuhan tanpa pengolahan tembakau meningkat dari 4,81 persen menjadi 7,02 persen. 

Di Kota Kediri, pada 2017, ada lima sub kategori industri pengolahan dengan laju pertumbuhan tertinggi, yakni industri makanan minuman hingga 9,34 persen; industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki hingga 8,60 persen; industri kayu, barang dari kayu, gabus, anyaman bambu, rotan dan sejenisnya hingga 4,92 persen; pengoalahan tembakau hingga 4,62 persen; industri pengolahan lainnya, jasa reparasi, pemasangan mesin dan peralatan hingga 4,52 persen. 

Bahkan, dari evaluasi yang telah diberikan tingkat persentase penduduk miskin dari 2009-2018 di Kota Kediri cenderung di bawah Jawa Timur maupun nasional, yakni 7,68 persen pada 2018, salah satunya dipengaruhi penyaluran raskin yang tepat sasaran.

Ke depan, Wali Kota menegaskan bahwa data BPS Kota Kediri tersebut sebagai bekal evaluasi dari berbagai program dan bagian untuk mengembangkan Kota Kediri menjadi lebih baik lagi.

"Ke depan data ini untuk mengembangkan Kota Kediri. Kami undang peran serta dari perbankan, akademisi, untuk terus membantu mendorong Kediri ke depan melaju lebih kencang lagi, demi bertujuan menyejahterakan masyarakat di Kediri. Jadi, kuncinya kami bekerja sekarang ini berdasarkan data," kata Mas Abu, sapaan akrab Wali Kota. 

Dia berharap dari pencapaian kondisi sosial ekonomi yang ada sekarang, hal tersebut sekaligus menumbuhkan iklim investasi di Kota Kediri. Terlebih lagi pertumbuhan ekonomi di Kediri pada 2019 diharapkan lebih tinggi dibandingkan pencapaian tahun 2018 yang tercatat sebesar 5,14 persen.

"Kalau dengan industri rokok, memang pertumbuhan ekonomi di Kota Kediri tinggi. Tapi, kami berusaha mengurangi ketergantungan kepada industri rokok, sehingga pertumbuhan ekonomi ditargetkan naik di atas 5,5 persen," katanya.

Sementara itu, Kepala BPS Kota Kediri Ellyn T Brahmana menambahkan, pencapaian positif itu ditunjang perkembangan ekonomi Kota Kediri yang makin tumbuh hingga 5,14 persen pada tahun 2018. Bahkan dipengaruhi posisi inflasi akhir tahun lalu yang juga terjaga di posisi 1,97 persen.

"Dari pencapaian ini, inflasi Kota Kediri kembali menempati inflasi paling rendah di Pulau Jawa dan Bali pada 2018," katanya.

Prestasi inflasi Kota Kediri, tambah dia, juga menjadi rujukan dari sejumlah Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) kabupaten/kota lain. Mereka umumnya datang ke Kota Kediri  guna menimba ilmu kepada TPID di Kota Kediri, khususnya cara mengendalikan laju inflasi.

"Padahal, kunci sukses pengendalian inflasi tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, tapi dengan sinergitas pemda dan pihak terkait, inflasi selama beberapa tahun terakhir terjaga baik," katanya.