Kediri (ANTARA) - Desainer Priyo Oktaviano menilai tenun ikat dari Kota Kediri mengalami kemajuan cukup baik, salah satunya dari sisi pewarnaan yang bisa mengikuti tren.

"Dari segi pewarnaan bisa ikuti tren. Saya mau abu-abu seperti tren 2020 yang ke abu-abu, hitam semua bisa," kata Priyo Oktaviano ditemui setelah pergelaran Dhoho Street Fashion 2020 di Kota Kediri, Jawa Timur, Minggu.

Ia mengatakan beberapa motif tenun ikat banyak yang motif ceplok (motif bunga yang tertata), namun kini sudah mulai berkembang misalnya ada yang garis-garis. Dengan itu, menunjukkan bahwa perajin tenun ikat di Kota Kediri juga semakin kreatif.

Ia mengaku sudah dua kali berpartisipasi dalam agenda Dhoho Street Fashion (DSF) ini. Pada DSF sebelumnya, ia menampilkan koleksi lebih muda dengan warna-warna neon.

Hal itu juga menyesuaikan karena yang menonton masyarakat umum, sebelum pandemi COVID-19.

Di pergelaran DSF 2020, ia menunjukkan 12 koleksi bajunya, delapan untuk perempuan dan sisanya sejumlah empat baju untuk laki-laki. Ia banyak memakai motif geotetrik yang dikombinasi dengan kain lurik.

Tema baju yang dibuatnya juga menyesuaikan dengan tema dalam pergelaran ini yakni Energy of Kilisuci, yang lebih bersifat emansipasi wanita.

Untuk itu, koleksi yang dibuatnya cenderung urban serta kasual. Bahan bajunya juga memakai banyak dari tenun ikat Kota Kediri yang diproduksi UMKM di Kelurahan Bandar Kidul, Kota Kediri.

"Berbeda dengan tahun lalu yang menampilkan koleksi lebih muda dengan warna-warna neon, kali ini saya menghadirkan koleksi untuk wanita yang elegan, emansipasi wanita kekinian yang aktif di segala bidang profesi (wanita karier)," kata Priyo Oktaviano.

Menurut dia, pergelaran DSF ini harus dipertahankan untuk memberikan motivasi pada UMKM di masa pandemi COVID-19. Mereka bisa berkreasi denagn motif baru serta warna baru.

"Koleksi saya tadi banyak memakai warna alam, abu-abu, hijau. Show ini di gua, jadi lebih ke nature, menyesuaikan dengan tema dari Kediri," kata dia.

Desty Rachmaning Caesar, desainer Kota Kediri dengan brand Luxe Caesar Boutique yang menampilkan dua outfits dalam pagelaran ini.

"Menerjemahkan tema Energy of Kilisuci, saya membuat koleksi yang memberi kesan energik berupa rompi (outer) untuk wanita dan pria dengan palet warna jingga. Rompi ini bisa dipadupadankan dengan tenun atau dengan busana lain," kata Desty Rachmaning Caesar.

Ragam outfits kreatif ini ditampilkan dalam 32 outfits karya desainer nasional dan desainer Kota Kediri dalam tema Energy of Kilisuci.

Desainer yang tampil yaitu Priyo Oktaviano, Era Soekamto, dan Samira M. Bafagih. Sedangkan desainer Kota Kediri yaitu Azzkasim Boutique, Numansa Batik Dermo, Luxe Caesar Boutique, dan SMKN 3 Kota Kediri.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar berharap dengan agenda ini semakin menumbuhkan semangat bagi UMKM untuk terus berkarya, terlebih lagi di masa pandemi COVID-19 ini. M

Semangat dan roda ekonomi dinilainya juga harus terus berputar, khususnya bagi UMKM tenun ikat dari Kediri dan lini usaha yang mengikutinya.

"Pergelaran busana ini bertujuan mempromosikan tenun ikat kediri ke pasar yang lebih luas dan juga memberi inspirasi bagi para desainer Kota Kediri untuk menampilkan tenun ikat kediri," kata dia.

Dalam acara itu, dihadiri Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, istri Wakil Gubernur Jawa Timur sekaligus Ketua Dekranasda Jawa Timur Arumi Bachsin, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar serta jajaran Forkopimda Kota Kediri, Puteri Indonesia 2020 Ayu Maulida dan sejumlah tamu undangan lainnya.