oleh : Ir. Haris Candra Purnama, MM.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi Kota Kediri
Dewasa ini kesadaran masyarakat Indonesia untuk mengenakan busana batik dirasakan semakin menguat dan menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Tidak hanya dipakai pada acara-acara resmi saja, batik kini semakin banyak dipakai di lingkungan kerja dan bahkan pada suasana santai. Kenyataan ini tentu saja sangat positif terhadap upaya melestarikan dan memasyarakatkan batik sebagai produk budaya bangsa yang adiluhung.
Pada perkembangan selanjutnya, menguatnya kesadaran tersebut kemudian merangsang inisiatif banyak pemerintah daerah di Indonesia untuk mengangkat suatu motif batik khas yang umumnya didasarkan pada kajian historis atau potensi suatu daerah. Keberadaan motif batik khas tersebut dipandang sebagai media yang efektif untuk menampilkan identitas atau karakteristik daerah tersebut dan selanjutnya diharapkan berkontribusi positif bagi pertumbuhan sosial-ekonomi lokal, terutama sektor pariwisata dan industri kreatif.
Menggali Motif Batik Khas Berdasarkan Kajian Historis
Menimbang dampak positif yang didapatkan dari keberadaan motif batik khas daerah, maka sudah selayaknya Kota Kediri memiliki motif batik khas yang dapat menegaskan identitas lokal sekaligus merepresentasikan potensi dan keunggulan Kota Kediri. Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi (Disperindagtamben) Kota Kediri sebagai pihak yang berkepentingan dalam menumbuhkembangkan industri kreatif mulai mewacanakan upaya penggalian motif batik khas Kota Kediri. Untuk itu, Disperindagtamben Kota Kediri membentuk satu tim perumus - terdiri atas unsur birokrasi, akademisi, seniman dan pemerhati budaya - untuk menggali dan merumuskan suatu motif batik berdasarkan kajian menyeluruh dari berbagai aspek yang akan direkomendasikan kepada Disperindagtamben Kota Kediri.
Secara umum, kegiatan penggalian tersebut adalah menelaah lebih dalam tentang gambaran motif-motif batik dari berbagai masa yang nantinya dapat dipakai untuk masa kini dan masa yang akan datang. Sumber-sumber yang dijadikan acuan oleh tim perumus dalam menggali motif batik khas adalah data tekstual, data arkeologis dan sumber lisan. Data tekstual merupakan sumber tertulis yang bersumber dari prasasti atau karya-karya sastra kuna yang berkaitan dengan tatabusana masyarakat di masa lalu. Data arkeologis mengacu pada benda-benda peninggalan sejarah semisal ornamen candi, relief dan arca. Sementara sumber lisan adalah cerita-cerita rakyat yang menyebar di masyarakat secara getok tular.
Perumusan Motif Batik Khas Kota Kediri
Kerajaan Kadiri sebagai salah satu entitas sejarah Kota Kediri di masa lampau memang kaya akan beragam jejak sejarah yang dapat ditelusuri melalui peninggalan-peninggalan budaya yang tersebar di Kota Kediri dan daerah-daerah sekitarnya, seperti Goa Selomangleng, Candi Tegawangi, Candi Surawana dan benda-benda purbakala lain yang menjadi koleksi Museum Airlangga milik Pemerintah Kota Kediri. Dengan menggali sumber-sumber yang ada di Kota Kediri dan sekitarnya, nantinya diharapkan akan muncul motif batik yang orisinal dan berkarakter yang berbeda dengan motif batik daerah lain. Motif batik khas Kota Kediri harus bias menunjukkan gaya, idealisme dan inspirasi masyarakat Kota Kediri.
Setelah melalui serangkaian pertemuan dan kajian mendalam, pada akhirnya tim perumus memberikan rekomendasi bahwa motif inti yang dapat digunakan adalah “teratai mekar” dan “garuda mukha” dengan warna utama ungu cerah kebiruan atau nila, kuning dan merah soga. Namun desain bunga teratai dan burung garuda yang direkomendasikan tersebut tidak identik atau sama persis dengan bentuk teratai dan garuda yang ada pada peninggalan-peninggalan purbakala.
Tim perumus melihat bahwa perancangan motif batik khas Kota Kediri hendaknya tidak terjebak pada kehendak untuk menjadikan desain batik sebagai dokumen masa lalu. Namun diupayakan agar desain tersebut menjadi tampilan seni batik yang bersifat kontemporer sehingga dapat menjangkau pasar yang lebih luas.
Menumbuhkan Unit Usaha Batik Tulis
Kota Kediri jelas tidak sama seperti Tulungagung, Solo dan Pekalongan yang secara tradisional merupakan penghasil batik tulis sejak dahulu kala. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Disperindagtamben Kota Kediri yang telah menggagas kemunculan motif batik khas Kota Kediri. Tekad dan semangat yang besar untuk memiliki motif batik khas daerah harus diimbangi dengan upaya konkret untuk menumbuhkan unit-unit usaha baru batik tulis. Jangan sampai gagasan cemerlang kemudian tidak dapat terealisasikan lantaran ketiadaan dukungan sumber daya.
Hal ini tedah disadari sejak awal oleh Disperindagtamben Kota Kediri. Pada tahun 2011 Disperindagtamben Kota Kediri menggelar dua kali pelatihan batik tulis. Pada pelatihan tersebut, peserta pelatihan yang berasal dari berbagai kelurahan di Kota Kediri memperoleh keterampilan pembuatan batik tulis dari proses awal hingga akhir. Mulai desain motif, pembuatan pola, pencantingan, pewarnaan kain sampaifinishing. Setelah pelatihan usai, dibentuk kelompok-kelompok pasca pelatihan agar kegiatan tersebut terus berlanjut. Disperindagtamben Kota Kediri memberikan bantuan peralatan untuk mendukung kegiatan kelompok-kelompok pasca pelatihan tersebut.
Dengan kerjasama yang solid dan berkelanjutan dari Pemerintah Kota Kediri, pelaku usaha serta segenap lapisan masyarakat, tumbuh harapan dan keyakinan baru akan masa depan industri batik tulis Kota Kediri yang cerah dan prospektif.
Mari kita cintai dan lestarikan batik !
HnP