Tracing Kota Kediri menduduki peringkat satu di Jatim menurut aplikasi Silacak, maka Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengajak semua kepala puskesmas untuk mencermati data hasil tracing. Hal ini disampaikan saat Koordinasi Pagi Penanganan Covid-19 (KOPI PAID).
“Agar selanjutnya data tracing tersebut bisa segera ditindaklanjuti di lapangan agar tidak muncul klaster-klaster baru,” jelas Abdullah Abu Bakar.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri, Dokter Fauzan Adima menyampaikan pentingnya analisa data lapangan.
“Jika sudah ada kasus, maka segera diidentifikasi klasternya, sehingga penyebarannya lebih cepat bisa dihentikan”, ujar Dokter Fauzan.
Ia pun menghimbau pada masyarakat jika ada warga yang meninggal karena sakit yang bergejala mirip flu, agar segera melapor ke Kelurahan atau Puskesmas.
“Yang sering terjadi adalah masyarakat enggan melaporkan kejadian meninggal kepada petugas, sehingga tidak diketahui apakah perlu pemakaman secara protokol kesehatan atau tidak,” pungkas Dokter Fauzan.
Salah satunya ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Campurejo, sehingga perlu dilakukan testing setelah diketahui ada salah satu warga meninggal. Dari 37 sasaran, terdapat 11 orang yang hasilnya terkonfirmasi positif.
“Setelah kami melakukan tanya jawab pada pihak keluarga, ternyata riwayat sakit dan obatnya mengarah pada Covid-19,” ujar Kepala Puskesmas Wilayah Campurejo, Dokter Purnanti Kipnandari.
Dokter Purnanti menyampaikan klaster ini dari acara takziah yang sempat dihadiri warga. Hal ini disimpulkan setelah dilacak runtutan kegiatan yang dilakukan warga dan hasil tracing.
“Pada saat jenazah yang ditakziah ini meninggal, dikebumikan tanpa protokol pemakaman covid dan banyak tetangga melayat,” jelas Purnanti.
Mengenai kebijakan isoman ataupun isolasi terpusat di BLK, nantinya akan diputuskan setelah diadakannya testing lanjutan, mengingat kondisi lingkungan tersebut padat penduduk dan interaksi sosialnya tinggi.
Dilansir dari data Dinas Kesehatan Kota Kediri terdapat kasus konfirmasi baru per tanggal 6 Agustus 2021 sebanyak 67 kasus, sehingga total kumulatif kasus yang ada sebanyak 3041 kasus.