Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar bercerita tentang bagaimana dirinya menjadi pemimpin di usia muda. Dengan gaya santainya, Abdullah Abu Bakar bercerita mulai dari memiliki perusahaan sendiri hingga menjadi Wali Kota Kediri di usia mudanya.
Abdullah Abu Bakar berbagi pengalaman kepada mahasiswa kedokteran dan farmasi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang dalam acara "Meet The Expert". Acara tersebut mengambil tema The First Steps to Becoming a Young Leader with Integrity. Kegiatan ini digelar secara hybrid melalui zoom meeting dan di Kampus 2 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Minggu (28/11).
Di usia 22 tahun, Abdullah Abu Bakar memiliki perusahaan sendiri yang bergerak di bidang digital imaging. Perusahaan tersebut berkolaborasi dengan rekannya dari Institut Seni Indonesia (ISI). Abdullah Abu Bakar juga mengembangkan bisnis untuk ekspor kulit. Dimana keluarganya juga berbisnis di bidang kulit namun row material. Abdullah Abu Bakar mencoba membuat finish good dan akhirnya bisa dikirim ke Korea. Kemudian di usia 29 tahun menjadi Wakil Wali Kota Kediri dan di tahun 2014 saat usianya 34 tahun berhasil menjadi Wali Kota Kediri hingga saat ini. “Saya iseng-iseng mendirikan perusahaan digital imaging ini. Tapi Alhamdulillah berhasil meskipun perjuangannya juga sangat berat. Untuk kalian yang masih muda-muda saya ingatkan untuk segera mengambil posisi dan tentukan arah mau menjadi apa. Jangan hanya diam saja,” ujarnya.
Di masa kepemimpinan wali kota yang populer disapa Mas Abu ini, Kota Kediri berhasil menorehkan banyak prestasi. Seperti Smart City Level 3 di Indonesia, TPID Terbaik di Kawasan Jawa & Bali, Wahana Tata Nugraha, Predikat WTP, 10 Besar Perencanaan Pembangunan Daerah (PPD) Terbaik Tingkat Nasional 2019, 5 Terbaik Penyelenggara PTSP Se-Indonesia, Penilaian SAKIP BB, Wali Kota Inovatif tahun 2016, Wali Kota Terbaik pada KADIN Award 2019, Adipura, dan Top 30 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KOVABLIK). Kota Kediri juga dinobatkan sebagai Top Ten Booming Cities di Indonesia pada Tahun 2020 serta 10 Besar Kota Toleran di Indonesia. “Alhamdulillah atas beberapa prestasi di Kota Kediri. Saya ingin membuktikan bahwa kalau anak muda memimpin itu juga bisa punya banyak prestasi. Sebab anak muda punya pemikiran yang beda. Anak muda itu idenya banyak,” ungkapnya.
Untuk menjadi pemimpin muda, Wali Kota Kediri memberikan beberapa kebiasaan yang harus dibangun sejak saat ini. Mulai dari belajar bagaimana berkomunikasi, membangun jaringan, berani menghadapi tantangan, be humble, menentukan prioritas, biarkan tujuan jangka panjang memandu pengambilan keputusan, hingga memperbanyak praktek kepemimpinan yang melayani. Tak kalah pentinya, anak muda juga harus mau mendengar lebih banyak dibanding yang kalian katakan, belajar dari para ahli , adaptif pada perubahan, up to date dengan mempelajari teknologi terbaru, menjadi long live learner, dan konsisten.
Menjadi pemimpin muda juga memiliki tantangan-tantangan yang harus ditaklukan. Beberapa tantangan tersebut diantaranya, kurangnya kesadaran diri, belum berpengalaman, kontrol emosi, cepat puas, memimpin orang yang lebih tua, menghadapi kritik, tidak sabar dan berani mengakui kesalahan. “Generasi pemuda selain bisa menjadi pemimpin juga harus belajar dan bermain. Karena bermain juga penting supaya sudut pandang kita menjadi luas. Selain itu kita bisa beradaptasi dengan mudah,” pungkasnya.
Pada acara Meet The Expert ini, tidak hanya menghadirkan Wali Kota Kediri. Ada juga narasumber lain yakni Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Maulana Malik Ibrahim Prof. Yuyun Yueniwati dan seorang pengusaha Farhan Lukman Mahbubi.