Mahasiswa Magang Merdeka membuat aplikasi bank sampah melalui kegiatan pendampingan yang di mentori secara langsung oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Kediri. Aplikasi yang diberi nama “Bank Sampah Digital Kota Kediri” tersebut telah diluncurkan pada Rabu (19/01) dan siap diunduh melalui google playstore. Dalam upaya mempermudah nasabah, aplikasi tersebut dibekali dengan fitur update informasi harga sampah, alur transaksi, peta lokasi bank sampah, serta riwayat transaksi dan saldo tabungan nasabah.
Program magang merdeka merupakan sebuah program magang yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) untuk menyediakan ruang bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman dalam mengetahui dunia profesi dan menciptakan tenaga kerja yang profesional. Dan Pemerintah Kota Kediri menjadi salah satu mitra dalam Program Magang Merdeka. Terdapat 51 mahasiswa dari Sabang hingga Merauke yang mengikuti program ini di Kota Kediri.
Sebelum merancang aplikasi, peserta magang terlebih dahulu melakukan survey dan diskusi dengan BAPPEDA, Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan (DLHKP), serta pengelola bank sampah guna menentukan program inovasi yang tepat bagi Kota Kediri. “Anak-anak magang merdeka sudah membuat kategorisasi dalam menentukan program sesuai kebutuhan masing-masing RT. Setelah kita mencari konsep apa yang paling bisa diimplementasikan dengan cepat tapi berdampak signifikan, disepakatilah ide tentang pengelolaan sampah” terang Chevy Ning Suyudi, Kepala BAPPEDA Kota Kediri.
Mahasiswa magang bersama BAPPEDA dan DLHKP telah melakukan survei terkait kondisi pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir. Hasilnya, hampir semua bank sampah di Kota Kediri dikelola secara manual. Berawal dari permasalahan tersebut, peserta magang merdeka menggagas terobosan digitalisasi semua arsip dan pencatatan di bank sampah agar mudah dalam pendataan serta menghemat penggunaan kertas (paper less).
Melalui teknologi digital, kebiasaan masyarakat dalam menyetor sampah juga dapat direkam dengan baik. Menurut Chevy, melalui data akan lebih mudah dikelompokkan dan dianalisis pola kebiasaan setor sampahnya. “ Misalnya masyarakat suka membuang sampah jenis tertentu dalam jumlahnya sekian pada hari ini, sehingga bank sampah tahu akan mengirim ke pengepul hari apa, dan sebanyak apa” tambahnya.
Aplikasi ini memiliki fitur unggulan yakni dapat mencatat harga sampah terakhir, sehingga nasabah dapat memantau harga sampah melalui aplikasi sebelum pergi ke bank sampah. Chevy menerangkan bahwa harga sampah mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak dapat diprediksi. Dengan adanya rekaman harga sampah terakhir, maka dapat memudahkan nasabah dalam memprediksi kapan waktu yang tepat menyetor sampah untuk mendapatkan harga terbaik.
Aplikasi ini masih membutuhkan banyak penyempurnaan, sehingga untuk uji implementasi awal, ditunjuk dua bank sampah sebagai pilot project implementasi aplikasi “Bank Sampah Kota Kediri”, yaitu Bank Sampah Hijau Daun yang didukung komunitas Kediri Ben Resik, dan Bank Sampah Dewi Sekartaji yang mewakili bank sampah level mikro. Hingga kini, aplikasi tersebut masih dikelola oleh Mahasiswa Magang Merdeka dan akan dialih kelolakan kepada Pemkot Kediri pada Bulan Maret mendatang.
“Kami berharap aplikasi ini akan terus dikembangkan. Cukup mendaftar dan melakukan login menggunakan nomor kependudukan, masyarakat dapat mencoba aplikasi ini. Semoga aplikasi ini ke depan menjadi solusi yang jitu dan berkelanjutan, juga diharapkan nantinya semua bank sampah dapat tergabung dalam aplikasi ini,” jelas Chevy.
Dikonfirmasi secara terpisah, Endang Pertiwi, pengelola Bank Sampah Hijau Daun merasa terbantu dengan adanya aplikasi ini. Menurutnya aplikasi “Bank Sampah Kota Kediri” dapat memantik kesadaran masyarakat dalam mengelompokkan jenis sampah sebelum disetor ke bank sampah. Dirinya berharap melalui terobosan ini dapat melahirkan manajemen baru yang akan memudahkan petugas dalam mengelola sampah. “Kami pun bisa jemput sampah di rumah masing-masing, sekaligus mengedukasi tentang pemilahan sampah,” ucap Endang.
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Kediri