Persoalan sampah di Kota Kediri berusaha diurai dengan terobosan-terobosan yang mudah diaplikasikan. Setiap harinya, ada 140-150 ton sampah dari kota dengan jumlah penduduk sekitar 300 ribu orang yang jika tidak dikelola harus dikirim ke tempat pembuangan akhir. Padahal, lahan TPA semakin menyempit dengan tumpukan sampah yang menggunung.
Sesimpel sampah organik daun kering pepohonan juga menjadi beban TPA jika tidak terkelola. Ternyata, ada solusi yang juga bisa mensejahterakan masyarakat yaitu menjadi bahan makanan ternak.
"Hari ini saya menyaksikan sendiri, ternyata sampah daun bisa dimanfaatkan untuk menjadi pakan ternak. Bagusnya lagi ternak yang makan daun difermentasi ini tidak bau sama sekali, sudah saya cek kotorannya juga tidak bau", begitu statement Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar saat meninjau langsung peternakan kambing Usaha Bersama Sumber Rejeki, Kelurahan Ngronggo, Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (3/2).
"Ada bahan tertentu yang dicampurkan dalam proses fermentasi, salah satunya prebiotik. Ini butuh teknik tertentu, dan tentunya lebih hemat karena ini sampah kan ibaratnya tidak beli, hanya butuh mengumpulkan dan transportasi", jelas Abdullah Abu Bakar.
Wali Kota Kediri menambahkan, peternak akhirnya juga tidak perlu lagi mencari rumput yang kadang musim kemarau sangat susah dicari.
"Di perkotaan itu membuang sampah daun itu juga sulit, makanya ini ditampung dan diubah menjadi pakan. Sisa-sisa sayuran dari pasar grosir juga ternyata bisa dibuat biskuit untuk makanan kelinci, bahkan sudah dijual ke marketplace, tentunya inovasi ini patut kita apresiasi", Wali Kota Kediri menambahkan.
Wali kota juga mengecek rumah warga yang berdempetan dengan kandang kambing untuk mengetes polusi bau. Ia mendapati mereka sama sekali tidak terganggu.
"Biasanya kan kandang kambing, apalagi dengan skala yang besar baunya luar biasa dan mendapat protes masyarakat. Di sini tidak terjadi, nah ini artinya peternakan yang biasanya identik dengan desa itu bisa diaplikasikan di perkotaan dengan permukiman padat penduduk" pujinya.
Yulis, 30 tahun, ibu rumah tangga yang kebetulan rumahnya bergandengan dengan kandang mengamini statement wali kota. "Kami tenang saja di rumah karena tidak ada bau sama sekali, orang tua saya yang sudah sepuh juga tidak terganggu dengan bau", kata Yulis sambil menggendong bayinya.
"Bahan pakan ternak ini adalah sisa-sisa limbah organik contohnya daun kering yang tidak digunakan masyarakat ditampung disini. Termasuk jika ada penebangan pohon dari DLKHP dari pada susah buang saya tampung di sini. Setelah kering diolah lalu difermentasi. Jadi daun-daun itu dicacah dulu lalu dicampur dengan bahan lainnya seperti molase dan probiotik. Itu dicampur lalu ditaruh wadah tong yang kedap udara untuk proses fermentasinya. Setelah 3 hari sudah bisa diberikan kepada hewan ternak" terang Edy Santosa, ketua Kelompok Ternak Sumber Rejeki yang mendampingi wali kota dalam kunjungannya.
"Ini menjadi bukti bahwa Kota Kediri ini smart city, untuk bidang smart environment pengelolaan peternakan ini contohnya. Kami menargetkan kelak Kota Kediri menjadi zero waste city," harap Abdullah Abu Bakar menutup kunjungannya.
Turut mendampingi Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Kepala Bagian Pemerintahan, Camat Kota, dan Lurah Ngronggo.