Sejak ditanam pada 25 November 2021 lalu, padi varietas Black Madras hasil garapan dari Kelompok Tani Sri Rejeki Kelurahan Banaran, Kecamatan Pesantren ini berhasil dipanen, Jum’at, (11/3).
Khadariyanto, ketua Poktan Sri Rejeki mengatakan padi yang diklaim baru pertama kalinya ditanam di Kota Kediri tersebut memiliki masa tanam yang relatif lebih singkat. “Saya juga kaget ternyata masa tanamnya nggak sampek 100 hari, antara 75-80 hari sudah bisa dipanen. Relatif lebih cepat dibandingkan jenis-jenis padi yang lain,” terangnya saat ditemui di sela-sela panen, Jum’at (11/3).
Tidak hanya masa tanam yang relatif lebih cepat, penampilan dari padi jenis ini pun juga berbeda dengan yang lainnya. “Cukup mencolok, seperti yang bisa kita, lihat daun dan batang padinya didominasi oleh warna ungu gelap kehitam-hitaman sesuai dengan namanya, namun untuk bulir padinya tetap berwarna putih,” jelasnya sambil menunjukkan tanaman padinya.
Sementara itu, Khadariyanto mengungkap alasannya bersama anggota poktan Sri Rejeki menjajal varietas padi itu. “Kandungan gula yang rendah dari varietas padi ini sangat relevan dengan pola perilaku masyarakat yang belakangan ini lebih memilih menu-menu sehat untuk mencukupi asupan nutrisi mereka,” terangnya.
“Padi jenis ini bisa menjadi alternatif bagi yang tidak terlalu suka dengan beras merah yang saat ini sudah beredar di pasaran. Terlebih sangat cocok bagi penderita diabetes pula,” imbuhnya.
Untuk lahan seluas 30 ru (421,95 m2) yang pihaknya tanami, Khadariyanto menebar benih sebanyak 2 kilogram. Sedangkan per kilogram benih padi varietas Black Madras ini ia beli dengan harga 50 ribu rupiah.
“Saya rasa padi varietas ini cukup menguntungkan untuk ditanam, menimbang dari harga benih, waktu tanam, dan ketahanannya terhadap serangan hama seperti tikus dan wereng,” pungkasnya.
Ditemui di waktu yang sama, Sri Harnanik, koordinator penyuluh pertanian di Kecamatan Pesantren, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri mengatakan bahwa upaya yang dilakukan oleh Poktan Sri Rejeki ini juga sekaligus menjadi pilot project sebelum nantinya disosialisasikan ke poktan lain.
“Ini menjadi bagian dari pilot project dan uji coba dari DKPP Kota Kediri guna memastikan apakah padi varietas ini bisa ditanam di Kota Kediri, sekaligus kewaspadaan apa yang harus diperhatikan,” ungkapnya, Jum’at (11/3).
“Pada panen pagi ini, kami juga lakukan Ubinan Pengawasan Penggunaan Sarana Pertanian (Swakarsa) untuk mengetahui perbandingan hasil panen dengan padi konvensional yang sudah umum ditanam di Kota Kediri,” terangnya.
Dari hasil penimbangan berdasarakan 2 petak ubinan, petak pertama (sisi selatan) didapatkan hasil panen sebanyak 3,7 kilogram, petak kedua (sisi utara) didapatkan sebanyak 3,9 kilogram dengan rata-rata hasil panen untuk dua petak tersebut adalah 3,8 kilogram. “Artinya padi varietas ini dapat menghasilkan panen basah sebesar 6080 ton/ha,” kata Nanik.
Sementara itu, Mochammad Ridwan, Kepala DKPP Kota Kediri sangat mendukung upaya pengembangan varietas padi rendah glukosa ini. “Semoga ke depannya masyarakat bisa beralih mengonsumsi beras sehat agar mencapai ketahanan pangan,”, ungkap Ridwan, seperti yang dikutip dari laman resmi Pemerintah Kota Kediri, Jum’at, (11/3).
Pihaknya juga mengimbau kepada para petani untuk mengadopsi pemikiran inovatif dalam berbudidaya apdi dengan menggunakan varietas yang tahan hama penyakit.
(Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Kediri)