Brug Over den Brantas te Kediri atau yang dikenal dengan nama jembatan lama di Kota Kediri, kini memasuki umur 153 tahun pada tahun 2022 ini. Berdiri tahun 1869, jembatan itu lebih tua daripada jembatan Brooklyn di Amerika Serikat karya insinyur John Augustus Roebling yang berdiri pada tahun 1883.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengajak masyarakat untuk menjaga dan merawat jembatan, sehingga bisa terus dimanfaatkan sebagai penghubung bagi pejalan kaki dan kendaraan tanpa mesin.
"Saya mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga dan merawat bersama dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, tidak menyalakan api di sekitar jembatan, dan tidak memasang atribut apapun termasuk vandalisme di jembatan lama. Sehingga nanti anak cucu kita masih bisa melewatinya," kata Wali Kota, Jumat.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kota Kediri Zachrie Ahmad menjelaskan jembatan lama ini bisa dimanfaatkan untuk pejalan kaki dan kendaraan bukan mesin seperti sepeda angin, becak dan gerobak.
Masyarakat bisa melintas di atas jembatan tersebut. Namun, masyarakat diingatkan untuk tidak melakukan perusakan. "Masyarakat yang melintas silakan, tapi intinya yang melintas tidak boleh melakukan perusaakn, menempelkan atribut, apalagi sampai vandalisme di sekitar cagar budaya ini," kata Ayik, sapaan akrabnya.
Bagi pemancing, ia pun meminta agar yang merokok tidak lupa mematikan rokoknya. Dari beberapa laporan yang masuk, puntung rokok menjadi pemicu terjadinya kebakaran di tepi badan jembatan, sebab terbuat dari kayu.
Koordinator Pokok-Pokok Kebudayaan Daerah Kota Kediri sekaligus peneliti jembatan lama, Imam Mubarok mengatakan jembatan harus terus dijaga termasuk dari segala komponen di badan jembatan yang bisa berpotensi merusak badan jembatan.
"Saya minta seluruh komponen kabel, air PDAM, dipindah semua. Jadi, siapapun yang merasa memiliki kabel, memiliki pipa segera dipindahkan dan koordinasi dengan PU," kata Gus Barok, sapaan akrabnya.
Peringatan HUT Jembatan Lama ke-153 ini dilakukan di badan jembatan lama. Terdapat nasi tumpeng lengkap dengan lauknya yang disiapkan panitia. Acara dimulai dengan tarian tradisional, dilanjutkan dengan sambutan dan doa bersama.
Hadir dalam acara itu, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kota Kediri Zachrie Ahmad, budayawan, relawan, serta masyarakat pecinta budaya. Setelah doa bersama, acara dilanjutkan dengan makan bersama.