Sebagai salah satu wujud pengendalian laju pertumbuhan penduduk dan tingkat kematian ibu karena melahirkan, Pemerintah Kota Kediri melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) mengadakan kegiatan Pelayanan safari KB Metode Operasi Wanita (MOW) dan MOP (Metode Operasi Pria), Kamis (21/7) di RS Dhaha Husada.
Saat meninjau pelaksanaan safari KB, Sumedi Kepala DP3AP2KB menuturkan, kegiatan tersebut sekaligus bentuk kehadiran pemerintah dalam melayani masyarakat Kota Kediri khususnya dalam rangka pelayanan KB.
“Hal ini juga sebagai langkah preventif dalam pencegahan stunting, karena awal stunting salah satunya dari jumlah anak yang banyak sehingga anaknya tidak terurus dengan baik dari segi gizi, pola asuh, pendidikan, dll. Dengan jalan MOW ini, inshaAllah semua permasalahan akan terselesaikan karena tujuan utama kegiatan ini adalah untuk mengatur jumlah anak, sehingga anak-anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik,” tuturnya.
Sumedi menjelaskan, pelayanan KB dengan metode MOW dan MOP ditujukan untuk masyarakat umum dengan beberapa syarat yakni berusia diatas 35 tahun, sudah tidak berkeinginan memiliki keturunan, sukarela tanpa paksaan dan mendapatkan persetujuan keluarga. Sampai saat ini, total ada 54 akseptor yang sudah mendaftar.
"Hari ini dilakukan tindakan MOW ke 14 akseptor. Mereka adalah akseptor yang sudah lolos skrening. Kegiatan ini akan kita lakukan bertahap karena kita juga menyesuaikan dengan ketersediaan bed di rumah sakit," terangnya.
Untuk masyarakat yang ingin mendaftar sebagai akseptor, Sumedi menerangkan masyarakat bisa menghubungi Penyuluh KB atau kader di sekitar tempat tinggalnya. Setelah kegiatan ini, Sumedi berharap para akseptor bisa menjadi penggerak dan memotivasi masyarakat bahwa MOW dan MOP aman dan tidak berbahaya.
Pemasangan kontrasepsi ditangani langsung oleh dr. Jonathan Chandra Nainggolan, SP.OG dan dr Oka Endarto, SP.An. Ditanya terkait prosedur penanganan, dr. Jonathan Chandra Nainggolan menjabarkan sebelum dilakukan tindakan MOW, langkah pertama yaitu melakukan skrining pada pasien seperti bekas operasi, penyakit penyerta (jantung, tensi tinggi, gula, dll). Pria yang akrab disapa dr Jo ini menambahkan, efek samping yang terjadi setelah MOW yaitu adanya gangguan hormonal, namun hal itu jarang terjadi karena umumnya pasien sudah berusia diatas 30 tahun. “Kontrasepsi ada yang hormonal seperti suntik, implan dan yang non hormonal ada kondom, spiral dan MOW. Nah MOW yang paling baik karena beberapa ada yang gagal tapi untuk tingkat kegagalannya satu persen,” terangnya.
Sementara itu, dr Oka Endarto, SP.An menambahkan, skrining di awal penting dilakukan untuk menghindari komplikasi yang terlalu berat pada pasien seperti mual muntah, pusing dan sakit kepala.
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Kediri