Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menyampaikan profil dan potensi pengembangan UMKM di Kota Kediri. Hal itu disampaikan saat menjadi narasumber dalam Webinar Nasional Tri Dharma untuk Negeri 'Membangun Desa dan Kota melalui Pengabdian kepada Masyarakat', Sabtu (28/1) melalui zoom. Selain Wali Kota Kediri, ada dua narasumber lain, yakni, Direktur Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Investasi Desa Kementerian Desa PDTT FX. Nugroho Setijo Nagoro, dan Pakar Pengabdian Kepada Masyarakat dan Dosen ITS Eko Nurmianto.
"Semakin hari kami menyadari potensi-potensi yang dimiliki UMKM di Kota Kediri. Karena kemarin saat pandemi kita sangat dekat dengan UMKM dan kita berusaha menjual produk-produk. Nah yang harus digaris bawahi adalah menjual produk karena banyak UMKM yang bingung menentukan marketnya," ujar Wali Kota Kediri.
Abdullah Abu Bakar mengatakan Kota Kediri dikeliling oleh beberapa daerah sehingga Kota Kediri menjadi sentra perdagangan bagi daerah sekitar. Berdasar data BPS Kota Kediri, jumlah UMKM yang ada mencapai 38.806 unit usaha. Dari data tersebut 5.400 unit usaha masuk database binaan Pemkot Kediri. Bagi pelaku UMKM, Pemkot Kediri memberikan banyak dukungan. Mulai dari event pameran dan promosi, fasilitas legalitas usaha NIB, pelatihan untuk penguatan daya saing, kerjasama dengan platform digital dan ritel modern, kredit bunga rendah KURNIA, serta bantuan modal usaha. "Saya juga membantu promosi melalui akun sosial media yang saya miliki karena pengikutnya juga lumayan banyak. Lalu saya juga buat gerakan Nglarisi Dagangan UMKM Kota Kediri. Serta saya buat kebijakan seperti menggunakan seragam dari tenun ikat kepada seluruh instansi yang ada di Kota Kediri," ungkapnya.
Wali Kota Kediri menjelaskan ada beberapa sebaran sentra UMKM di Kota Kediri. Diantaranya, sentra kerajinan batik di Dermo, sentra tenun ikat di Bandar Kidul, pusat kuliner soto ayam di Tamanan, pusat jajanan gang bendon di Banjaran, sentra tahu takwa di Tinalan, dan lain sebagainya. Ada beberapa potensi UMKM Kota Kediri yang mungkin bisa dikolaborasikan. Pertama, redesain kemasan UMKM secara massal. Meskipun sudah ada progress dalam packaging dan digital marketing, masih banyak UMKM yang kemasannya belum memadai. Kedua, pengelolaan limbah produksi tenun ikat. Terdapat 13 unit UMKM tenun ikat di Bandar Kidul, volume produksinya semakin bertambah. Sehingga diperlukan teknologi tepat guna berbiaya rendah bagi UMKM untuk mengolah limbah proses pewarnaan kain. Ketiga, penataan kawasan. Pada beberapa sentra UMKM diperlukan penataan untuk memperkuat branding kawasan. Keempat, Kampung Wisata Edukasi Tahu Tinalan Terdapat 24 unit UMKM tahu di Tinalan dan limbah produksi tahu belum terkelola dengan baik. Ada fasilitas MCK eks-PNPM yang bisa dioptimalkan. "Mekanismenya perlu alat pres tahu berbahan stainless yang lebih higienis dan ergonomis. Perlunya proses mekanis produksi tahu misalnya pada penyaringan agar pekerja tidak terkena suhu panas," jelasnya.
Wali Kota Kediri menambahkan ada beberapa peluang kolaborasi lainnya. Yakni, start up digital melalui pendampingan bagi komunitas dan peminat IT lokal untuk merintis start up digital yang diminati konsumen. Lalu skill upgrading bagi kreator dan desainer lokal dengan peningkatan kapasitas agar pelaku ekonomi kreatif up to date dengan perkembangan terbaru yang berkaitan dengan kreasi konten, dan tren desain kemasan. Kemudian, seminar ataupun workshop pelatihan ICT. "UMKM ini harus terus diupdate. Sekarang sudah banyak orang jualan memanfaatkan artificial intelegence. Banyak juga yang menggunakan sosial media juga. Kita harus ajarkan mengenai itu," imbuhnya. (dra)