Sebagai langkah awal pencegahan stunting pada anak-anak di Kota Kediri, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) telah membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK). Sebanyak 663 anggota TPK yang terdiri dari Kader PKK Kelurahan, Kader pembantu petugas keluarga berencana kota (PPKBK) dan tenaga kesehatan puskesmas atau rumah sakit, mulai hari ini (9/3) hingga 20 Maret mendatang akan menerima pelatihan dan pendampingan, di Ruang Kilisuci Balaikota Kediri dan Balai Pertemuan di 3 Kecamatan.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Sumedi mengatakan bahwa masalah stunting saat ini merupakan masalah nasional yang mendapat prioritas utama. "Penanggulangan stunting akan berjalan optimal jika melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Untuk itulah kenapa kita melibatkan kader dan nakes agar lebih mudah terhubung dengan masyarakat,"ungkapnya saat dihubungi diwaktu yang berbeda.
Sumedi juga mengatakan bahwa anggota TPK yang mengikuti pelatihan dan pendampingan akan mendapatkan materi dan arahan dari penyuluh KB Kota Kediri, IBI Kota Kediri, DP3AP2KB dan tim penggerak PKK yang sudah ada pelatihan di tingkat provinsi dan bersertifikat. "Untuk materi dari masing-masing pembimbing sudah ada teknis apa yang harus disampaikan di lapangan,"jelasnya.
Adapun materi yang diberikan pada orientasi ini meliputi tugas dan fungsi TPK dalam percepatan penurunan, mekanisme kerja TPK, peran strategis kampung keluarga berkualitas, konsep stunting dan 1000 hari pertama kehidupan anak dan komunikasi antar pribadi. "Semua materi yang kita berikan pada orientasi ini adalah bekal TPK untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, pembentukan sikap dan perilaku TPK dalam melaksanakan pendampingan keluarga beresiko stunting di tingkat kelurahan," ungkapnya.
Lebih lanjut menurut Sumedi di tahun ini TPK tak hanya pendampingi calon pengantin, ibu hamil dan ibu pasca melahirkan, tapi juga anak usia di bawah 2 tahun (Baduta). "Pertumbuhan dan perkembangan gizi di 1000 hari pertama kehidupan anak itu sangatlah penting untuk mencegah stunting,"ungkapnya.
Sumedi berharap kegiatan ini akan berdampak besar pada penurunan stunting sehingga bisa melahirkan generasi penerus yang hebat dan tangguh baik secara fisik maupun mental. "Dengan adanya pelatihan ini mudah-mudahan di Kota Kediri tidak ada stunting dan semua harus direncanakan dari awal mulai kandungan hingga balita. Untuk calon pengantin, juga harus punya sertifikat yang namanya eksimil (elektronik siap menikah dan hamil) jadi nanti akan dipantau terus perkembangannya," tutur Sumedi.
Ia juga berharap, Tim Pendamping Keluarga berperan aktif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat agar edukasi dan informasi yang diperolehnya bisa tersampaikan kepada masyarakat luas.
Sebagai informasi, berdasarkan hasil survey status gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting Kota Kediri tahun 2022 sebesar 14,3%. Sementara target penurunan stunting nasional tahun 2024 adalah 14% berdasarkan perpres No. 72 Tahun 2021.
Sementara itu salah satu anggota TPK dari Kader PPKBK Kelurahan Campurejo, Lilik Zulaikah mengaku senang dapat bergabung dengan TPK. Menurutnya pencegahan stunting ini memang sangat penting, mengingat banyak masyarakat yang dirasa kurang memahami tentang seperti apa itu stunting. "Peran TPK ini saya akui sangat penting, kita akan memdampingi masyarakat untuk mencegah stunting sedini mungkin mulai dari calon pengantin hingga perkembangan anak di bawah 2 tahun (baduta)," ujarnya.
Sedangkan orientasi ini menurut Lilik sangat membantu TPK untuk lebih memahami tugas-tugas dan target yang harus dilakukan agar mampu menciptakan zero stunting di Kota Kediri. "Kegiatan hari ini akan sangat berguna untuk modal kita menjalankan tugas sebagai TPK. Semoga TPK akan mampu memenuhi target Pemkot Kediri untuk memberantas stunting di Kota Kediri,"harapnya
*(Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Kediri)*