Kediri (5/9). Dalam rangka Pertemuan Mini Lokakarya Tribulanan Lintas Sektor, Kecamatan Pesantren Kota Kediri menyelenggarakan Minilokakarya Tribulanan Lintas Sektoral Kecamatan Pesantren (Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pesantren II Kota Kediri), Jumat pagi (1/9).
Beberapa undangan yang hadir diantaranya dari Dinas Kesehatan, Polsek Pesantren, Koramil 0809/02 Pesantren, KUA Pesantren, Koordinator PLKB Kec. Pesantren, 3 Pilar Kelurahan beserta Pokja TP PKK dan Kader Kesehatan, Ponpes Wali Barokah, serta beberapa sekolah/ madrasah.
Acara yang dilaksanakan di Ruang Cendana Puskesmas Pesantren II tersebut mengangkat berbagai hal. Antara lain terkait tentang stunting, strategi komunikasi percepatan pencegahan stunting, dan tuberculosis.
Mengawali sambutannya, Ibu Yuni Ulifah, S.KM. dari Dinas Kesehatan Kota Kediri menyampaikan, saat ini pihaknya terus menggalakkan 5 kegiatan prioritas dalam rangka Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (RAN PASTI). Yaitu penyediaan data keluarga berisiko stunting, pendampingan keluarga berisiko stunting, pendampingan semua calon pengantin/ calon PUS, surveilans keluarga berisiko stunting, dan Audit Kasus Stunting.
Maka strategi yang dilakukan haruslah tepat sasaran, mulai pencegahan lahirnya anak stunting hingga pemberian intervensi pada kasus stunting. “Oleh karena itu, perlu dukungan berbagai pihak sehingga program yang dijalankan pemerintah bisa berjalan optimal dan tujuan tercapai,” imbuhnya.
Ia mengapresiasi langkah pemerintah Kecamatan Pesantren, Puskesmas, stakeholder, serta peran masyarakat yang terus melakukan koordinasi. Dengan demikian Kota Kediri masuk dalam 5 besar Kab./Kota yang berhasil menurunkan angka stunting. “Prestasi ini cukup menggembirakan, disamping juga menjadi tantangan bagi pemerintah Kota Kediri ke depan,” tambahnya.
Upaya yang terus dikebut adalah mengoptimalkan kehadiran balita di posyandu. Ia mengingatkan kepada masyarakat agar membawa KK saat ke Posyandu, karena sistem pencatatan data saat ini by name NIK Address.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Pesantren 2 dr. Dwi Nugerahini mengatakan, pihaknya telah melakukan intervensi pencegahan stunting khususnya bagi remaja putri usia SMP. Seperti, penguatan kepatuhan dalam mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri diikuti peningkatan gizi bagi anak-anak. “Target Kota Kediri ke depannya adalah menjadi zero growth stunting,” katanya.
Selain stunting, diare bagi bayi dan balita menjadi perhatian serius dari pemerintah Kota Kediri. Bayi dan balita merupakan usia yang sangat rentan terhadap virus dan penyakit. Apalagi kasus diare ini juga menjadi salah penyebab terbanyak pada kasus kematian pada bayi dan balita.
Dengan melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kota Kediri mengadakan imunisasi vaksin baru skala nasional, yaitu rotavirus. Dan di Kota Kediri vaksin tersebut pertama kali diberikan beberapa waktu lalu diseluruh puskesmas dan rumah sakit. Vaksin akan diberikan sebanyak 3 kali pada bayi, usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan dengan dosis 5 tetes.
Jika pemberian vaksin rotavirus pada ketiga bulan tersebut mengalami keterlambatan, bayi masih bisa diberikan vaksin rotavirus hingga maksimal usia 6 bulan 29 hari. Berdasarkan riset, sejauh ini vaksin tersebut halal dan aman, serta diberikan secara cuma-cuma alias gratis.
“Monggo buat para orangtua yang memiliki bayi usia 2, 3 dan 4 bulan yang belum mendapatkan vaksinasi rotavirus, langsung saja datang ke Puskesmas Pesantren 2, tidak perlu takut dan khawatir,” terangnya.
Selain hal di atas, dr. Dwi juga mengingatkan tentang pentingnya penanggulangan penyakit TBC. Dampak yang ditimbulkan sangat luar biasa. “Jika dalam 1 RT ada 2 orang yang positif TBC, maka akan dilakukan screening semua warga yang ada di RT tersebut,” pungkasnya.
Di penghujung sambutan, dr. Dwi menyampaikan bahwa pada bulan November 2023 yang akan datang pihaknya kembali akan mengundang jajaran lintas sektoral untuk ikut serta dalam mensukseskan kegiatan re akreditasi puskesmas yang dilakukan pemerintah pusat.