Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar memaparkan pentingnya membangun karakter pemimpin dalam diri sejak mahasiswa. Hal itu dipaparkan saat menjadi narasumber pada Bina Inspirasi Motivasi Akademik (BIMA), Sabtu (23/9) dii IIK STRADA Kediri. Acara tersebut diikuti oleh mahasiswa baru IIK STRADA, Ikatan Mahasiswa Keperawatan se-Indonesia, dan mahasiswa Program Merdeka Belajar.
"Memasuki jenjang kuliah dan menjadi mahasiswa sama halnya dengan memulai tantangan baru. Tentu ini berbeda ketika masih SMA. Saya ingin mahasiswa ini bisa memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain," ujarnya.
Abdullah Abu Bakar mengungkapkan ada isu-isu yang sering dihadapi mahasiswa saat ini. Sejak pandemi Covid-19, semua dihadapkan pada era BANI. Yakni, brittle (rapuh), anxiety (kekhawatiran), non linier (tidak linier), dan incomprehensible (sulit dipahami). Dimana hal itu menimbulkan dampak pengelolaan waktu, mengatur skala prioritas, dan masalah kesehatan mental. "Sekarang zaman sudah berubah begitu cepat. Kalian semua juga harus mau berubah. Jangan cuek terhadap perubahan," ungkapnya.
Wali Kota Kediri menjelaskan seringkali materi kepemimpinan diterapkan pada organisasi dan mengatur orang lain. Namun, yang terpenting saat ini adalah kemampuan memimpin diri sendiri terlebih dahulu. Untuk dapat menjadi pemimpin mahasiswa akan menghadapi kondisi dan tantangan. Seperti, belajar mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, berkomunikasi dengan baik, serta bekerja secara efektif dan tim. Mahasiwa juga harua memiliki beberapa watak untuk menjadi pemimpin. Mulai dari jujur terhadap diri sendiri, bertanggung jawab, memiliki pengetahuan, keberanian bertindak sesuai keyakinan, kepercayaan diri sendiri dengan orang lain, dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain. "Pemimpin yang ideal adalah dia yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Untuk jadi pemimpin kalian harus punya watak-watak tersebut," jelasnya.
Pada kesempatan ini, Wali Kota Kediri pun membagikan cara menjadi pemimpin di era BANI. Pertama, trans disiplin dengan melihat masalah dari berbagai sudut pandang. Kedua, mau membuka diri. Ketiga, mau memahami perbedaan pendapat dan toleransi. Keempat, kuatkan rasa empati dan kepedulian. Kelima, fleksibel serta mau beradaptasi dengan perubahan. Untuk memulai menjadi pemimpin bisa dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, mengikuti pelatihan kepemimpinan, membaca buku dan artikel tentang kepemimpinan, serta mengamati pemimpin yang sukses. "Pemimpin bukan hanya sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar. Melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Serta kepemimpinan itu lahir dari proses internal," pungkasnya.
Turut hadir Rektor IIK STRADA Imam Sentot, Ketua Yayasan Nurdina, dan tamu undangan lainnya.