Walikota dr. Samsul Ashar sidak ke pasar untuk memantau harga sembako. Hasilnya, harga barang di satu pasar dengan pasar lainnya berbeda. Hal tersebut mengindikasikan terjadi praktik permainan harga yang dilakukan pedagang.
Inspeksi mendadak (sidak) dimulai sekitar pukul 07.00. Bersama Kabag Humas Pemkot Hariadi, Walikota dr. Samsul Ashar memantau harga barang kebutuhan di Pasar Bawang, Kecamatan Pesantren. Sekitar setengah jam ada di sana, dia lantas mengecek harga barang di Pasar Setonobetek.
Terakhir wali kota yang akrab disapa Pak Dokter ini mengecek harga barang di Pasar Bandar. "Saya turun ke pasar untuk memantau langsung harga barang kebutuhan yang selama beberapa hari terakhir melonjak tinggi," terang Walikota dr. Samsul Ashar di depan sejumlah wartawan. Di masing-masing pasar, walikota berdialog langsung dengan pedagang.
Dia menanyakan harga sejumlah barang kebutuhan pokok yang melonjak tinggi. Misalnya, harga beras dan telur. "Niki regane pinten Bu(ini harganya berapa)?" tanya Walikota dr. Samsul Ashar.
Setelah berdialog dengan para pedagang, hasilnya diperoleh harga yang berbeda untuk jenis barang yang sama. Misalnya, harga telur di Pasar Bawang hanya Rp 14 ribu. Sedangkan di Pasar Setonobetek Rp 16 ribu. Kemudian, harga beras jenis IR 64 dipasar Bawang hanya Rp 7 ribu. Sedangkan di Pasar Setonobetek masih Rp. 7.800 per kilogramnya
Perbedaan harga barang di satu pasar dengan pasar lainnya itu, menurut Walikota dr. Samsul Ashar, mengindikasikan terjadinya praktik permainan harga yang dilakukan oknum pedagang. "Permintaan barang saat Ramadan sedang naik tinggi. Ada pedagang yang memanfaatkannya dengan mengeruk keuntungan tinggi dan harga melambung," ulasnya.
Walikota dr. Samsul Ashar sangat menyesalkan praktik tersebut. Pasalnya, yang dirugikan adalah masyarakat sebagai konsumen terakhir. Padahal, menghadapi Ramadan, kebutuhan pokok masyarakat bertambah.
Untuk diketahui, menjelang Ramadan harga barang-barang kebutuhan pokok sudah melonjak drastis. Menyusul permintaan barang yang tinggi. Selain beras dan telor yang mengalami kenaikan signifikan, harga daging sapi yang semula dalam kisaran Rp 50 ribu meroket hingga menyentuh Rp 70 ribu per kilogram
Sejumlah pedagang menyebut, kenaikan harga itu karena beberapa faktor di antaranya, jumlah barang yang tersedia jauh lebih kecil dibanding permintaan pasar. "Kami kesulitan mencari barang, akhirnya harga memang naik," kata Eko, salah satu pedagang.
Faktor lain karena harga barang memang sudah naik dari para distributor. Sehingga, mau tidak mau mereka juga menaikkan harga agar tak rugi. "Kalau yang punya stok banyak sebelum kenaikan itu baru bisa untung besar, kalau tidak ya sama saja," imbuh pedagang beras tersebut.
Radar Kediri