Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) atau Pemilihan Waiikota (Pilwali) Kediri akhirnya dijadwalkan 29 Agustus 2013. Ketentuan ini ditetapkan bersamaan dengan Pemilukada tiga daerah lainnya, yaitu Probolinggo, Madiun dan Mojokerto. Wacananya, Pemilukada empat daerah ini secara serentak pada September 2013 namun karena berbenturan dengan musim haji maka ditetapkan pada Agustus tahun depan.
Salah satu anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Daerah Kota Kediri Divisi Sosialisasi, Zaenal Arifin, membenarkan jika pelaksanaan Pemilukada empat daerah dilaksanakan Agutus 2013. "Dengan pertimbangan adanya keberangkatan jemaah calon haji (JCH) ke tanah suci, akhirnya dimajukan pada Agustus," kata Zaenal, Jumut (24/8).
Ditambahkan Dosen Universitas Islam Kadiri (Uniska) ini, dengan penetapan pada Agustus 2013, maka ada perubahan jadwal Pemilukada yang semula diperkirakan pada Mei atau September 2013. Dengan penetapan jadwal Pilgub dan Pemilukada empat daerah secara serentak ini, apabila nantinya terjadi putaran kedua, diperkirakan waktunya juga masih aman. Sebab, putaran kedua biasanya dilakukan pada 61 hari setelah putaran pertama selesai. "Jadi yang paling penting, secara sosiologi dan undang-undang tidak saling bertabrakan. Tidak mengganggu pelaksanaan Pemilihan Legislatif maupun Pemilihan Presiden," tutur dia.
Sekadar diketahui, rapat pleno pemutusan jadwal Pilgub dan Pemilukada empat daerah secara independen dan tidak ada muatan politis maupun paksaan. Rapat pembahasannya berlangsung secara alot dan hangat, karena masing-masing memberikan argumennya secara kuat. "Namun akhirnya keputusannya juga disepakati bersama," kata Zaenal, yang juga direktur LSM Masyarakat Informasi Peran Serta (MIP) Kediri ini.
Sementara itu, siapa calon walikota (Cawali) Kediri, hingga kini belum ada yang mendeklarasikan secara resmi, termasuk Walikota Kediri, Samsul Ashar. Namun orang nomor satu di Kota Tahu ini, sempat dicurigai mencuri start, karena sudah memasang spanduk dan baliho di sejumlah jalan protokol. Kemudian ada nama Bambang Hariyanto yang fotonya sudah banyak beredar di jok becak, baik di dalam maupun luar Kota Kediri.
Yang sempat mengejutkan, pada Juli lalu muncul bakal calon walikota yang berprofesi sebagai pemulung. Dia adalah Suparman, Ketua RW Kelurahan Pojok, yang berpasangan dengan Sukidi (56), tetangganya yang sehari-hari memulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) kawasan Klothok. Keduanya maju pada Pilwali secara indpenden karena didorong ingin ada perubahan kondisi juga mencoba keberuntungan dan mengubah nasib.
Ditanya tentang dukungan suara, Sukidi menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat Kota Kediri. Tentunya ada yang mendukung dan ada yang tidak. "Semoga saja Tuhan memberikan jalan yang mudah pada umatnya atau melancarkan niat saya menjadi calon wakil walikota," kata Sukidi, saat mendatangi Kantor KPUD Kota Kediri untuk menanyakan mekanisme pencalonannya.
Post, Surabaya