Apa itu permainan slekdur? Jika ditanyakan sekarang, pasti banyak anak-anak yang tidak tahu. Mereka justru lebih akrab dengan game online atau permainan modern lainnya.
Untuk mengenalkan permainan tradisional, tahun depan murid pendidikan anak usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak (TK) akan menerima pengajaran tersebut. Karena itu, pengajarnya harus siap. Kemarin, ratusan kelompok guru dari TK dan PAUD yang ada di Kota Kediri diminta memeragakan masing-masing enam permainan tradisional. Selain slekdur, ada blarak sempal, cingkir genuk, doktri, dingklik oglak-aglik, dan gobak sodor.
Lengkap dengan busana dan aksesoris, para guru memeragakan permainan itu di depan ribuan siswa TK dan PAUD yang memadati GOR Jayabaya. Demi memikat anak-anak, praktik permainan mereka juga diselingi canda tawa, seperti halnya anak-anak saat bermain.
Para guru bahkan rela berlarian mengejar guru lain hingga berguling-gulingan di lantai sambil tertawa bersama. Suasananya sungguh meriah. Apalagi selain enam permainan itu, tim guru juga memeragakan permainan yang sudah akrab dimainkan. Mulai loncat tali, congklak, dan holahop.
"Hari ini (kemarin) guru sengaja kami minta memeragakan permainan tradisional untuk mengetes kemampuan mereka," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Kediri Noto saat ditemui dalam festival permainan tradisional di GOR Jayabaya kemarin.
Lebih lanjut Noto mengatakan, para guru yang kemarin memeragakan permainan tradisional itu akan diminta mengajarkan enam permainan tradisional pada murid TK dan PAUD. Dengan begitu, serbuan permainan modern tak menghapus keberadaan permainan tradisional yang sudah turun temurun.
Jika kemarin peserta festival permainan tradisional adalah para guru, di 2014 nanti para siswa yang akan mengikuti festival permainan tradisional ini. "Itu nanti sekaligus menjadi bukti jika permainan tradisional sudah dikuasai dengan baik oleh anak-anak," ulasnya.
Untuk diketahui, kemarin, total ada 250 tim guru yang memeragakan permainan tradisional. Satu per satu memeragakan kemampuan mereka memainkan permainan tradisional di depan siswa.
Terpisah, Kabid Pendidikan Non Formal Informal (PNFI) Dinas Pendidikan Kota Kediri Agus Suharmaji menambahkan, disdik sengaja menghidupkan kembali permainan tradisional karena ada banyak nilai luhur di dalamnya. Mulai kekompakan, kerja sama, saling menghormati, dan beberapa sikap positif lainnya. "Kalau permainan modern itu membuat anak menjadi egois dan cuek. Makanya, kalau permainan tradisional dikembangkan sangat baik untuk karakter anak," tutur Agus.
Sementara itu, meski ada banyak tim guru yang memeragakan permainan tradisional, ternyata tak banyak siswa yang mengetahui permainan yang diperagakan. Cindy, 4, salah satu siswa PAUD di Mojoroto, mengaku, tak tahu permainan yang dimainkan oleh para guru. "Tidak tahu, nggak pernah main seperti itu," kata bocah yang hobi bermain boneka ini.