Menteri Yohana Bawa Pesan Jokowi untuk Kasus Sony

berita | 19/04/2016

Mucikari-Ortu Harus Dijerat Juga

KEDIRI- Kasus persetubuhan anak di bawah umur yang menjerat tersangka pengusaha Sony Sandra, ternyata turut menjadi perhatian Presiden Jo­kowi. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Porlindungan Anak Yohana Susana Yembise saat melakukan serangkaian kunjungan di Kediri, kemarin.

Saat berkunjung ke kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Kediri, Yohana bahkan menyampaikan pesan khusus.

Yakni, bahwa kasus ini jangan hanya berhenti pada Sony. Akan tetapi, juga harus diusut tuntas siapa saja penyedia jasa layanan seksual dari anak-anak di bawah umur itu. "Siapa pun, mucikari atau orangtua sendiri juga harus dijerat untuk efek jera,” ujar Kasi Intel Bob Sulistian menyampaikan permintaan menteri 57 tahun tersebut.

Untuk diketahui, di kantor Kejari Kabupaten Kediri, Yohana hanya bisa ditemui oleh Bob. Sebab, Kajari Pipuk Firman Priyadi sedang menghadiri evaluasi bulanan di kantor Kejati Jatim di Surabaya. Tiba pukul 14.05, hanya sekitar sepuluh menit menteri kelahiran Manokrawi, Papua, 1 Oktober 1958 ini berada di sana Kemudian, segera bergeser ke Mapolres Kediri. “Beliau (Yohana, Red) hanya sebentar. Kami pun kaget kedatangannya,” kata jaksa asal Palembang itu.

Meski tidak lama, lanjut Bob, pesan yang disampaikan jelas. Yakni, agar Kejaksaan Negeri Kabupaten Kedi­ri serius menangani kasus Sony. Sebab, Kabupaten Kediri sudah masuk status siaga dalam perkara asusila anak. Korban kasus asusila cukup banyak. "Tren kasus anak juga naik,” lanjutnya.

Di Mapolres Kediri, Yohana yang tiba sekitar pukul 15.00 diterima oleh Kapolres AKBP A Yusep Gunawan dan wakilnya yang baru, Kompol Ali Mahfud. Ia mengecek langsung proses penanganan kasus-kasus anak dan perempuan oleh unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA).

Yohana berpesan agar polisi menanganinya secara serius. “Ibu menteri mengapresiasi langkah-langkah penanganan yang telah dilakukan oleh Polres Kediri,” ujar Yusep. Termasuk, penanganan maraknya kasus pembuangan bayi di wilayah kerjanya.

Sementara itu, dalam kunjungan pertamanya di rumah dinas Wali Kota Abdullah Abu Bakar sekitar pukul 11.00, kemarin, Yohana sempat melakukan pertemuan tertutup untuk membahas kasus Sony. Selain wali kota, hadir pula Wawali Lilik Muhibbah, pengurus Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Kediri, serta orang tua dan anak-anak yang disebut sebagai korban Sony.

Dari pertemuan tersebut, Yohana menilai penanganan kasus ini sangat baik. Pasalnya, anak-anak itu sudah mendapatkan pendampingan. Selain dari pemkot juga LPA. Karena itulah, pihaknya mengapresiasi kinerja semua pihak yang terlibat “Saya mendapat laporan semua langkah penanganan sudah dilakukan. Ada trauma healing juga,” ungkapnya kepada wartawan usai pertemuan.

Dari laporan ini, Yohana akan membahasnya dengan deputi terkait di kementeriannya. Sehingga, bisa menjadi masukan untuk menindakdanjuti setiap kasus yang melibatkan anak-anak di daerah. Menteri yang juga guru besar pe­rempuan pertama dari Papua itu meminta pemerintah daerah untuk terus berupaya melindungi anak-a­nak. Melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB), pihaknya akan me­lakukan koordinasi. “Semuanya akan kami koordinasikan. Supaya cepat ditangani setiap ada persoalan,” tandasnya.

Menurut Yohana kasus pencabulan anak-anak merupakan fenomena gunung es. Ada banyak kasus yang masih belum dilaporkan oleh orang tua mereka. Karena itulah, kasus ini termasuk yang tertinggi di Indonesia disbanding kasus anak-anak yang lain "Kami sudah datangi kepolisian di seluruh daerah. Pencabulan anak di hawah umur yang paling banyak,” ungkapnya.

Ke depan, Yohana berharap, daerah harus lebih memperhatikan anak-anak. Salah satunya dengan mewujudkan kota layak anak (KLA). Dengan hal ini, pemda bisa berperan serta me­lindungi anak-anak lewat kebijakan daerah. “Kita punya aset sekitar 87 juta anak-anak yang harus dilindungi,"terangnya.

Apalagi, lanjut Yohana, di era teknologi informasi seperti sekarang yang bisa mempengaruhi perilaku anak. Selain dari media sosial (medsos), mereka lebih mudah mengakses situs-situs pornografi dari internet. “Anak kita sangat mudah meniru,” tutur alumnus Universitas Newcastle, Inggris ini

Dari rumah dinas walikota, rombongan menteri bersama walikota mengunjungi SMPN 1 Kediri. Di sana, Yohana berdialog dengan siswa-siswa yang ditunjuk sebagai teman sebaya. Dia berharap, teman sebaya yang dibentuk di sekolah dapat mencegah anak-anak terjerumus kejalan yang salah.

WaliKota Abu mengatakan, saat ini, di setiap sekolah sudah memiliki teman sebaya. Mulai dari jenjang SMP sampai SMA. Keberadaan me­reka sangat penting untuk mempen­garuhi teman-temannya agar tetap berada di lingkungan yang tepat. "Ini upaya kami untuk mencegah kasus yang melibatkan anak-anak dan pelajar," kata Abu. (sumber : Radar Kediri, Selasa 19 April 2016)