REYOG PANJI BERSIH DESA

berita | 30/05/2016

Eksploitasi Sejarah Dewi Kilisuci Dengan Pertunjukan Lingga Kadewatan Mandala Giri Selomangleng

Pemerintah Kota Kediri melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri menggelar Pertunjukan Lingga Kadewatan Mandala Giri Selomangleng. Acara yang digelar di palataran Goa Selomangleng, Minggu (20/12) guna mengeksploitasi sejarah Dewi Kilisuci.

Tidak saja memberikan tontonan yang sangat menghibur, akan tetapi  juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat. Keteladan Panji dan pemikiran Dewi Kilisuci, putri mahkota Raja Airlangga, merupakan muatan nilai-nilai edukasi dari segi kesejarahan dalam pagelaran ini. Pagelaran ini mampu memukau dan memuaskan ratusan penonton yang datang memadati. Penonton yang datang tidak hanya berasal dari Kota Kediri saja, melainkan juga banyak dari luar Kota Kediri, seperti; Jogjakarta, Surakarta, Surabaya, dan Malang.

Bukan hanya penonton saja yang merasa senang dan terhibur, namun para pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar area gua selomangleng juga ikut terpuaskan. Para pedagang sangat diuntungkan dan bisa merasakan manfaat langsung dari adanya pagelaran itu. Pendapatan para pedagang berlipat, jika dibandingkan seperti pada hari-hari biasa.

Pagelaran budaya  Lingga Kadewatan Mandala Giri Selomangleng yang diprakarsai oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri ini, sesungguhnya merupakan wujud perhatian dan keseriusan pemerintah dalam melestarikan situs cagar budaya. Dan disamping itu, juga sebagai sarana promosi untuk kemajuan pengembangan di sektor kepariwisataan.

Adapun tujuan dari pemerintah yang terkait dan berkenaan dengan kemajuan di bidang kepariwisataan di kawasan situs cagar budaya gua selomangleng, tidak saja hanya sebatas untuk bisa mengundang wisatawan dalam negeri (domestik) maupun dari luar negeri (manca negara). Akan tetapi kemajuan pengembangan di sektor pariwisata juga harus mampu menumbuhkan dan meningkatkan sektor perekonomian masyarakat yang bersandar pada aktifitas ekonomi kreatif. Dan daripada itu, kemajuan pengembangan kawasan situs cagar budaya gua selomangleng, diharapkan juga mampu memberikan kebanggaan rasa identitas bagi masyarakat agar lebih mencintai budaya aslinya, yang terus tumbuh dan berkembang dengan dinamis di kota kediri. Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri, Nur Muhyar mengatakan, Pagelaran Reyog Panji Bersih Desa merupakan agenda rutin yang digelar. Bahkan, Ia mengaku pagelaran seni yang merupakan upaya untuk melestarikan kesenian Panji akan terus digelar sesering mungkin. “Bisa nanti kita gelar setiap minggu. Untuk terus melestarikan budaya, khususnya Panji,” ujarnya.

Wujud Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Bercorak Kediri

"Reyog Panji Bersih Deso", adalah sebuah tema yang berkenaan dengan aspek nilai-nilai pesan yang terkandung di dalam cerita panji. Kata "Reyog" berarti arak-arakan. "Reyog" merupakan seni pertunjukan rakyat yang dulunya pernah berkembang dan populer terutama di Kediri dan sekitarnya. Sedangkan cerita Panji sendiri bersetting kerajaan Daha (Kediri) dan Jenggala. Jadi "Reyog Panji Bersih Desa", sejatinya merupakan wujud pelestarian pengembangan kesenian yang bercorak Kediri.

Sedangkan masih banyak masyarakat yang tidak paham dan tidak mengerti, apakah sebenarnya yang tersembunyi di balik cerita Panji?. Masyarakat beranggapan bahwasanya cerita panji tak ubahnya hanyalah drama percintaan biasa seperti; Romeo-Julliet, atau drama-drama percintaan film Korea. Setidaknya dari pagelaran tersebut,sedikit banyak masyarakat mulai mengerti tentang nilai-nilai kearifan lokal dari kesejarahan Dewi Kilisuci dan Panji.

Seniman tari Suprapto Suryodarmo (Padepokan Lemah Putih-Surakarta) membawakan karya tari berjudul," PER-EMPU-AN", yang terinspirasi dari kisah Dewi Kilisuci sebagai "perempuan" yang memiliki kedudukan dan peran penting sebagai seorang pemimpin. Mugiono Kasido asal Surakarta lewat tarian "Ritual Panji " mengkisahkan tentang figur Panji sebagai seseorang yang "religius" yaitu; berpegang dan bersandar pada kekuatan sang pencipta. Tak kalah menarik, penampilan apik dan memikat mampu di tontonkan seniman-seniman lainnya yang juga membawa nilai-nilai keteladan panji, seperti; seorang pemimpin yang sangat dekat dengan rakyatnya, pentingnya memelihara dan merawat alam demi kebaikan kehidupan manusia, sikap toleransi menghargai segala perbedaan.

Seniman Enam Negara Ikut Ambil Bagian

Tak hanya seniman-seniman dari kota kediri saja yang menyemarakkan pagelaran, namun mereka datang dari berbagai penjuru, seperti; Malang, Surakarta, Yogjakarta, Klaten, Bandar Lampung, Singapura, Bulgaria, Amerika, Srilanka sampai Wales. Seniman asal luar negeri, misalnya Georgi Panayotov dari Bulgaria, Agnes Cristina dari Singapura, dan Dr. Diane C Butler dari Dharma Nature Time Amerika.

Dari seni tradisi sampai kontemporer, mulai dari tari, musik, sampai seni jantur (pewayangan) ditampilkan di pagelaran ini. Pagelaran di buka dengan doa bersama dan pecah kendi sebagai penanda arak-arakan di mulai. Prosesi pembuka ini berlangsung sangat sakral. Jalannya arak-arakan di mulai dari depan Museum Airlangga, dan arak-arakan selesai di pelataran Gua Selomangleng. Dan acara pagelaran ini ditutup dengan adanya gunungan yang dibuat dari berbagai hasil bumi yang diletakkan di pelataran gua.Gunungan adalah simbol rasa syukur pada Pencipta atas segala anugerah yang telah diberikan. Suasana kegembiraan dan suka cita langsung pecah di saat masyarakat “rayahan gunungan” yang berisi aneka buah, sayuran dan sejumlah pohon yang juga turut dibagi-bagikan di penghujung acara. Kemeriahan suasana pesta rakyat menjadi penutup yang sangat semarak di akhir acara.

Banyak Pesan Moral Dalam Cerita Panji

Dalam cerita Panji, memiliki banyak pemahaman dan pesan moral. Bukan sekedar harus sering dipertontonkan kepada masyarakat, namun harus berkelanjutan agar makna dari rangkaian cerita itu bisa diserap oleh masyarakat.

Hal tersebut disampaikan oleh seniman sekaligus pemrakarsa Pagelaran Reyog Panji Bersih Desa, Dwi Aris Setiawan usai menggelar acara bertajuk Lingga Kadewatan Mandala Giri di kawasan Goa Selomangleng Kota Kediri, Minggu (08/05). Aris mengatakan, Panji memiliki banyak cerita dan pemahaman. Namun yang terpenting adalah pengangkatan cerita asli dari bumi Daha dan Jenggolo agar masyarakat tahu, ada sejarah penting dari tanah kelahirannya.

“Menurut saya, bukan hanya harus sesering mungkin digelar. Tetapi harus berkelanjutan agar pesan dan pemahamannya sampai kepada masyarakat,” ujarnya.

Aris menambahkan, tidak ada yang membatasi pemahaman maayarakat tentang pesan-pesan yang terkandung dalam cerita panji. Bahkan, pementasan yang sering digelar oleh para seniman, merupakan wujud pemahaman dari masing-masing individu yang akhirnya disampaikan kepada masyarakat.

“Seperti pagelaran yang baru saja digelar. Mereka (para seniman) menampilkannya berdasarkan pemahaman mereka sendiri. Misalnya hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, hingga keselarasan manusia dengan alam,” imbuhnya.

Berbagai pesan tersebut banyak terkandung dari ribuan cerita panji yang saat ini jarang didengar oleh masyarakat. Tentang kearifan yang dibawa oleh Dewi Kilisuci, hingga pendekatan kepada masyarakat yang selalu dilakukan dalam setiap penyamaran Raden Inu Kertapati.

“Semua memiliki makna yang baik. Salah satunya kerukunan antar umat beragama yang sejak dulu sudah dilakukan. Hal itu tercermin dengan adanya 2 situs di Goa Selomangleng yang berlatar belakang Hindu dan Budha,” pungkasnya.

Tidak ada artikel terkait