Kesenian jaranan merupakan bagian dari budaya nasional yang isinya selalu membawa pesan, seperti halnya jaran kepang menggambarkan sejarah Kerajaan Kediri. “Budaya Jawa merupakan salah satu budaya nasional yang tinggi nilai sosialnya, penuh dengan ajaran-ajaran tentang menjalani kehidupan , memiliki jati diri, dan jaranan merupakan bagian dari kesenian khas dari Kediri,” ujar Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar saat membuka lomba Jaranan se-Kediri di halaman Gedung serba Guna Kelurahan Pakunden, Kecamatan Pesantren, Rabu, (10/8).
Mas Abu sapaan akrab Walikota Kediri, memberikan apresiasi kepada penyelenggara acara karena kesenian jaran kepang merupakan bagian dari budaya nasional yang isinya selalu membawa pesan, seperti halnya jaran kepang menggambarkan sejarah Kerajaan Kediri. “Budaya Jawa merupakan salah satu budaya nasional yang tinggi nilai sosialnya, penuh dengan ajaran-ajaran tentang menjalani kehidupan , memiliki jati diri, dan jaranan merupakan bagian dari kesenian khas dari Kediri,” ujarnya.
Mas Abu melanjutkan, jaranan telah tersebar di seluruh indonesia. Di Kediri, jaranan sudah marak dari tahun 1992, namun pada tahun 1995-2003, jaranan mulai tenggelam. Dia awal tahun 2004, jaranan mulai berkembang kembali hingga sekarang. “ Untuk itu saya berharap kepada masyarakat untuk menguri-uri kebudayaan dan kesenian tradisional,” terang Mas Abu.
“Marilah kita saling berkoordinasi antara pemkot, budayawan, seniman, musisi, maupun masyarakat untuk melestarikan kesenian daerah khususnya Jaranan sehingga masyarakat luas bisa mengakui bahwa jaranan merupakan kesenian asli Kediri,” imbuh Mas Abu.
Acara yang digelar selama empat hari tersebut diikuti oleh 45 peserta yang berasal dari pelajar , komunitas/paguyuban jaranan se eks Karisidenan Kediri. Perlombaan yang memperebutkan piala walikota tersebut mendatangkan dewan juri yakni Dwi Aris Setiawan dari Disbudparpora Kota Kediri, Pak De Nya Man dari Wahyu Krida Budaya Kota Kediri, dan Anjarwati dari Pasjar Kabupaten Kediri.