Ketiga kalinya, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Kediri meraih penghargaan TPID terbaik kabupaten/kota se-Jawa Bali. Penghargaan TPID terbaik 2018 diterima Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar dari Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2019di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Kamis (25/7).
Penghargaan ini sendiri merupakan yang ketiga diraih Kota Kediri. Sebelumnya Kota Kediri raih penghargaan TPID terbaik kabupaten/kota se-Jawa Bali tahun 2017 dan TPID terbaik kabupaten/kota se-Jawa Bali tahun 2016. Tentu prestasi ini menjadi kado yang manis bagi Kota Kediri yang akan berulang tahun ke-1140 ditanggal 27 Juli mendatang.
Inflasi pada tahun 2018 sebesar 1,97 % ini menjadi salah satu alasan mengapa TPID Kota Kediri mempertahankan anugerah ini. Mengingat penilaian TPID kali ini 50% dinilai dari outcome. Sehingga angka inflasi yang lebih rendah dari angka inflasi Provinsi Jawa Timur (2,86%) dan inflasi nasional (3,13%) pada tahun 2018 ini memberi sumbangsih besar pada penilaian. Indikator lain dalam penilaian adalah proses dengan bobot 20% dan output dengan bobot 30%
Saat membuka Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi 2019, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan dalam pengendalian inflasi pemerintah daerah cukup mengacu pada indeks harga konsumen (IHK) yang menjadi dasar perhitungan inflasi. Pengendalian juga harus diliat dalam jangka waktu tertentu. "Kalau harga yang naik kopi, coklat atau karet biar saja. Karena itu bukan barang konsumsi," ujarnya.
Jusuf Kalla menuturkan pemerintah daerah sering melakukan sweeping ke pedagang dan produsen jika harga naik."Jadi jangan asal harga naik langsung bertindak, sweeping . Kalau IHK naik terus menerus secara kurun waktu tertentu itu inflasi. Sehingga baru dilakukan tindakan pengendaliannya," katanya.
Usai menerima penghargaan, Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar mengatakan TPID Kota Kediri mengendalikan inflasi dengan inovasi. Mengendalikannya dari hulu ke hilir agar perdagangan antar daerah terus berjalan. “Kita juga kerjasama dengan para pedagang, distributor, dan daerah-daerah lain. Misal seperti bawang merah kita kerjasama dengan Nganjuk,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Mas Abu ini menjelaskan inflasi harus dikendalikan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi di Kota Kediri. Sehingga masyarakat di Kota Kediri bisa berinvestasi dengan baik dan daya beli meningkat. Selain itu untuk mengurangi pengangguran tentu juga harus mengendalikan inflasi. “Kalau inflasi tinggi tentu ekonomi akan anjlok pasti angka pengangguran dan kemiskinan akan tinggi. Salah satu yang paling tepat adalah menjaga inflasi supaya ekonomi bertumbuh baik. Harus kita pertahankan dan distimulasi terus,” jelasnya.
Mas Abu menambahkan kedepan akan terus berinovasi untuk mengendalikan inflasi. Banyak masyarakat yang tidak memahami dampak dari mengendalikan inflasi. Seperti pengangguran dan menurun, daya beli meningkat serta masyarakat bisa berinvestasi dengan baik. “Kita akan cari model-model baru lagi. Inflasi ini kan bermacam-macam ada dari pendidikan juga. Tentu treatment mengendalikannya juga berbeda-beda,” pungkasnya.
Untuk terus mengendalikan inflasi, TPID Kota Kediri memiliki lima kunci sukses. Pertama , adanya komitmen yang kuat dari para pimpinan dan jajarannya. Kedua , menjalankan strategi 4K dengan sungguh-sungguh. Ketiga , adanya analisis yang tajam dalam memitigasi potensi inflasi. Keempat , pemimpin selalu hadir ketika terjadi kesulitan masyarakat. Kelima , TPID yang solid.
Selain Kota Kediri, ada beberapa kota yang juga meraih penghargaan TPID terbaik. Untuk wilayah Sumater diraih Kota Tanjung Pinang, untuk wilayah Kalimantan diraih oleh Kota Samarinda, wilayah Sulawesi diraih oleh Kota Palopo dan wilayah Nusa Tenggara-Papua diraih oleh Kota Mataram.
Hadir dalam acara tersebut Menko Perekonomian Darmin Nasution, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Gubernur, Bupati dan Walikota se-Indonesia. (dra)