Walikota Kediri, Abdullah Abu Bakar membaca info yang diunggah oleh akun @infokediriraya pada Rabu (21/10) sekitar pukul 20.00 WIB. Akun ini menuliskan bahwa ada warga Kota Kediri yang sakit-sakitan tinggal di rumah penuh sampah. Lokasinya berada di Kelurahan Bandar Kidul. Merespon hal tersebut Walikota Kediri bersama OPD terkait mendatangi alamat rumah yang dimaksudkan, Kamis (22/10).
“Saya mendapatkan info dari media sosial, lalu tadi malam saya langsung koordinasi dengan Dinsos dan Perkim untuk menindaklanjuti. Alhamdulillah, hari ini sudah ditindaklanjuti dan akan kita bangun rumahnya. Saya menyampaikan terima kasih kepada peran serta warga Kota Kediri, termasuk warganet untuk melaporkan kepada kami sehingga kami bisa merespon dengan cepat,” kata Abdullah Abu Bakar yang datang menemui warga yang dimaksud, Kamis (22/10).
Warga tersebut adalah Sumirah (perempuan, 78 tahun) yang tinggal bersama anak laki-lakinya Sugeng Triyono (38 tahun) di rumahnya. Rumah tersebut bersertifikat atas nama suami Sumirah yang sudah meninggal. Mendiang suaminya adalah ASN yang meninggalkan uang pensiun untuk kehidupan Sumirah hingga saat ini. Hanya uang tersebut kerap dihabiskan oleh Sugeng sehingga Sumirah tak bisa mencukupi kehidupannya dari uang pensiun almarhum suaminya.
Sumirah memiliki 3 anak yaitu Sri Wilujeng (42 tahun), SRi Harnanik (41 tahun), dan terakhir Sugeng Triyono yang tinggal bersamanya. Permasalahan timbul ketika Sugeng Triyono dan Sri Harnanik termasuk Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Sri Harnanik pergi dari rumah hingga sampai saat ini belum ditemukan. Sedangkan SW terpaksa meninggalkan rumahnya, dan tidur di gubuk seng karena terjadi perselisihan dengan Sugeng Triyono.
“Sugeng Triyono dan Sri Wilujeng ini ODGJ juga. Mereka kalau ditanyai kadang nyambung kadang tidak. Sugeng Triyono kadang kasar, tapi kadang juga baik,” kata Yayuk Supriyati, pendamping ODGJ wilayah Mojoroto yang aktif mendatangi keluarga ini. Selain itu, menurut Yayuk, Sumirah mulai pikun.
Menurut Yayuk, warga sekitar sudah memberi perhatian namun kadang-kadang Sugeng Triyono kasar, baik terhadap warga maupun terhadap ibunya. Namun warga masih tetap memberikan makanan dan kadang-kadang juga ikut membantu membersihkan rumah meski lebih sering ditolak oleh Sugeng Triyono.
“Tahun 2014 sudah ada yang mau memperbaiki rumahnya, tapi Sugeng Triyono menolak dan ngamuk,” tambah Yayuk. Pada saat jajaran Pemkot Kediri mendatangi rumah Sumirah, kondisi rumahnya sangat kotor dan penuh sampah dan tidak layak huni. Tidak ada kamar mandi.
Dinsos berkoordinasi dengan Puskesmas Campurejo dan Dinas Permukiman Kota Kediri untuk menindaklanjuti.
“Sebenarnya keluarga ini sudah dapat Program Keluarga Harapan (PKH) tiap bulan, juga ada bantuan beras 3 bulan terakhir. Meski sebetulnya pensiunan tidak boleh. Tapi atas pertimbangan kondisi seperti ini, maka PKH tetap diberikan,” kata Triyono Kutut, Kepala Dinas Sosial Kota Kediri.
Dinsos berkoordinasi dengan Dinas Perkim akan membangun rumah tersebut secara total. Sementara itu, untuk memberi bantuan pada tahap awal, Sri Wilujeng dipindahkan ke Barak Penampungan Dinas Sosial di Semampir agar mendapatkan tempat yang layak. Sedangkan Sumirah dan Sugeng Triyono tetap tinggal di rumahnya sambil menunggu proses bedah rumah.
“Kalau nanti rumah sedang dibangun, Sumirah dan Sugeng Triyono akan kami pindahkan ke barak dulu. Sementara ini, kami akan bersihkan rumahnya dan kami kirim tempat tidur dulu,” tambah Kutut.
Usai kunjungan, Sri Wilujeng dipindahkan ke barak sambil menunggu pemeriksaan lebih lanjut. Bila memang ODGJ akan dipindahkan ke RSJ Lawang, Jawa Timur. Demikian juga dengan Sugeng Triyono.
“Syarat untuk masuk ke RSJ bila orang tersebut berpotensi mencelakai orang lain atau punya potensi mencelakai diri sendiri sampai ada upaya bunuh diri. Jika tidak ada, tidak bisa memasukkan ke RSJ,” kata dr. Tricia Isabella, dokter Puskesmas Campurejo yang juga memantau kondisi Sugeng Triyono selama ini.