Wali Kota Kediri: Jaga Kelestarian Sumber Mata Air Untuk Generasi Mendatang

berita | 20/01/2021

Untuk ukuran kota, Kediri tergolong memiliki banyak sumber air. Namun, tekanan kehidupan perkotaan mendorong permintaan penggunaan lahan untuk pemukiman. Hal ini bisa mengancam kelestarian sumber air dan ketersediaan air di masa datang. Untuk itu berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota Kediri dalam menjaga kelestarian sumber mata air yang ada di Kota Kediri dan memperhatikan ekosistemnya.

Untuk menjaga agar tetap lestari, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar memberikan tugas kepada OPD terkait dan juga elemen masyarakat dalam perawatan sumber mata air ini. “Ke depan tugasnya DLHKP untuk replanting, karena mungkin ada pohon yang sudah tumbang. Untuk  karang taruna tugasnya menjaga kelestarian sumber bersama seluruh komponen masyarakat, pak lurah dan pak camat. Kemudian untuk DKPP tugasnya menyiapkan bibit ikan untuk disebar di sumber. Kita bikin untuk lebih berkelanjutan jangka panjang,” pesannya saat berkunjung di Sumber Jiput Kota Kediri, Rabu (20/1).

walikota kediri abdullah abu bakar mas abu

Sumber-sumber ini selain sebagai tempat untuk berteduh, bermain, berwisata, juga digunakan untuk mengairi pertanian. Abdullah Abu Bakar mengingatkan kepada seluruh elemen masyarakat untuk selalu merawat dan menjaga kelestarian sumber ini. Sehingga sumber-sumber ini bisa menjadi tempat yang asyik untuk dikunjungi. 

Menurut Widiantoro Camat Pesantren, salah satu sumber mata air di Kota Kediri yang telah menjaga kelestariannya adalah Sumber Banteng. Sumber yang terletak di Lingkungan Wangkalan Kelurahan Tempurejo ini juga telah dimanfaatkan sebagai tempat wisata keluarga edukatif, namun kelestarian alamnya juga terus di jaga. “Kami melakukan perawatan pohon, membersihkan walet atau lumpur yang mengendap, dan juga penanaman beberapa tumbuhan agar kawasan sumber lebih asri. Beberapa benih ikan juga dipelihara di sumber tersebut,” Katanya. 

walikota kediri abdullah abu bakar mas abu

 

Dengan berubahnya sumber mata air yang dulunya hanya digunakan masyarakat untuk mencuci dan sekarang telah menjadi tempat wisata edukatif, tidak sedikit warga sekitar merasakan dampaknya. Mereka berjualan makanan atau aneka jajanan di sekitar sumber, dengan begitu perputaran ekonomi juga dirasakan masyarakat sekitar.