Program Padat Karya Pemkot Kediri, Perbaiki 85 Rumah Tak Layak Huni

berita | 11/12/2020

Sejumlah 85 Rumah Tak Layak Huni (RTLH) mendapat bantuan perbaikan dari program padat karya Pemkot Kediri melalui Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Kediri. Program padat karya dicanangkan oleh Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar, awal September 2020. Proyek ini direalisasikan oleh Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perumahan dan Permukiman, DLHKP (Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan) dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Konsep proyek padat karya yaitu sebuah pekerjaan yang bisa menyerap banyak tenaga kerja.

 

“Di Perkim, proyek padat karya ada 4 yaitu pengedukan walet, perumahan tidak layak huni, pavingisasi jalan yang masih tanah, dan renovasi pagar makam. Total dana 4,5 M,” kata Hadi Wahjono, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Kediri, 11/12/2020. 

 

Menurut Ahmad Qusairi, Kasi Infrastruktur Permukiman, sejumlah 85 titik rumah tidak layak huni berhasil dibangun melalui program ini. Mekanisme pendataannya warga yang rumahnya tak layak huni melalui RT/RW ke lurah masing-masing.

 

“Kami harus memprioritaskan yang paling membutuhkan dan harus segera dibangun mengingat dananya terbatas. Maka bagi warga yang belum mendapat giliran meski sudah terdata, diharap bisa menunggu,” kata Qusairi. 

 

Biasanya sumber dana RTLH ini ada dua yaitu dari APBD dan dari APBN melalui DAK (Dana Alokasi Khusus). Masing-masing KK mendapatkan Rp 20 juta rupiah, namun mensyaratkan harus ada modal dulu dari pemilik rumah, baik modal uang maupun bahan bangunan. Jadi DAK sifatnya hanya membantu sebagian dari keperluan pembangunan rumah. 

Tahun 2020, Pemkot Kediri mendapatkan DAK Perkim sebanyak 42 titik. Namun karena pertimbangan masyarakat sulit untuk punya modal, maka dana ini dialihkan pada tahun 2021. Rencananya tahun depan sejumlah 114 titik rumah akan dibangun dari dana ini. 

“Pak Wali memasukkan RTLH dalam proyek padat karya ini, jadilah ada 85 titik rumah yang dibangun,” tambah Qusairi. Proyek padat karya ini tidak mensyaratkan pemilik rumah memiliki modal. Di sanalah terlihat kegotongroyongan warga untuk merealisasikan rumah tetangganya yang membutuhkan. 

Proyek ini dirasakan manfaatnya bagi para penerima. Salah satunya Ika Sumaryani (36tahun), warga Kelurahan Lirboyo, Kecamatan Mojoroto yang rumahnya dibangun.

 

“Sekarang kalau ada angin, saya tidak khawatir lagi rumah saya akan roboh. Saya berterima kasih kepada Pemkot Kediri yang sudah membangunkan rumah untuk kami,” kata Ika. Sebelumnya, tembok rumahnya sudah sangat rapuh. Ia tinggal di gang sempit bersama suaminya yang bekerja sebagai kuli dan 3 orang anaknya. Bila ada angin, apalagi pada saat malam hari, ia khawatir sewaktu-waktu rumahnya akan roboh. Untuk makan sehari-hari saja sulit, apalagi saat pandemi. Penghasilannya sebagai pedagang jajanan di dekat Pondok Lirboyo menurun drastis karena santri banyak yang dirumahkan. Mimpi membangun rumah semakin jauh sebelum program padat karya menghampirinya.