Pada masa pandemi Covid-19, ketika konsentrasi masyakarat fokus pada penangangan Covid-19, ada penyakit rutin yang kerap berkunjung pada musim hujan yaitu demam berdarah dan cikungunya. Pemkot Kediri melalui Dinas Kesehatan Kota Kediri mengadakan _fogging_ sebagai antisipasi penyebaran penyakit ini meluas.
“Penyemprotan nyamuk atau _fogging_ dilakukan ketika di suatu daerah/lokasi ditemukan kasus DBD,” kata Fauzan Adima, Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri, 6/01/2021.
Menurut Fauzan, laporan kasus DBD dan cikungunya dari kelurahan akan ditindaklanjuti oleh Dinkes. Tim _survailance pusk_ akan melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) untuk menemukan nyamuk dewasa. Apabila ditemukan nyamuk dewasa maka Dinkes akan mengadakan _fogging_ di lokasi.
“Bulan ini ditemukan kasus DBD. Biasanya musim penghujan kasus DBD muncul, kalau musim kemarau (April-Oktober) relatif tidak ada kasus DBD,” tambah Fauzan. Fauzan mengatakan, selain kasus DBD, nyamuk juga menyebabkan kasus cikungunya.
Menurut keterangan Lurah Burengan, Adi Sutrisno, 9 orang warganya terjangkit cikungunya. Sejumlah 7 orang sudah sembuh usai dirawat di RS, dan 2 orang masih dirawat.
“Gejalanya demam, nyeri sendi, hingga tidak bisa berjalan,” kata Adi. Atas kasus tersebut, Lurah melapor ke Puskesmas Kecamatan Pesantren dan Dinkes, 4/01/2021. Laporan langsung ditindaklanjuti untuk menemukan nyamuk dewasa, sehari kemudian (5/01/2021) Puskesmas Kecamatan Pesantren dan Dinkes melakukan fogging di RW 09 dan RW 10 tempat ditemukannya kasus.
Selain di Kelurahan Burengan, pada awal tahun 2021, Dinkes sudah mengadakan _fogging_ di Kelurahan Mrican dan Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto.
“_Fogging_ hanya membunuh nyamuk dewasa, selebihnya masyarakt harus tetap menggalakkan 3M,” imbau Fauzan. Selain _fogging_, pembiakan nyamuk bisa dicegah dengan 3M yaitu menguras/membersihkan tempat-tempat genangan air, menutup rapat tempat minum, dan mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air seperti kaleng, botol dll.
“Kami akan menggiatkan gotong royong bersih-bersih lingkungan dan menerapkan 3M,” tambah Adi. Selain melakukan 3M secara gotong royong, antisipasi masing-masing masyarakat perlu dilakukan agar efektif menjaga lingkungan. Bila ditemukan kaus, segera lapor ke Dinkes/Puskesmas terdekat.