Acara menghadirkan para ahli bidang pembacaan aksara kuno, sejarah, budayawan, desain dan pemrograman komputer itu digelar di Hotel Insumo Palace pada 13 & 14 November 2021.
"Kota Kediri mendukung digitalisasi
Aksara Kawi karena kami merasa penting untuk ikut merawat tinggalan budaya, seni dan ilmu pengetahuan, karena ini menjadi modal dasar untuk city branding", kata
Wali Kota Kediri dalam sambutannya melalui siaran pers, Sabtu (13/11).
"Kalau kita lihat Bali dan Yogyakarta misalnya, mereka bisa mendatangkan jutaan wisawatan setiap tahun tidak hanya dari faktor keindahan alam, tapi juga karena nilai budaya yang melekat dan terus dirawat," tambah Wali Kota.
Wali Kota menjelaskan pentingnya unsur budaya dan pengetahuan sebagai nilai tambah, sehingga menjadi bahan baku cerita atau story telling produk atau jualan setiap daerah atau kota.
Wali Kota Kediri menganalogikan sebuah produk tanpa cerita itu ibarat kaos polos, hanya mengandalkan warna dan kenyamanan.
Jika bahan dan warna yang sama lalu ditambahkan unsur desain pasti harganya bertambah.
“Produk kriya sebuah daerah jika hanya mengandalkan keterampilan jadinya hanya kerajinan, tapi jika ada unsur pengetahuan, seni dan budaya yang ditanamkan di produk tersebut, menjadi barang seni yang bernilai tinggi, sehingga harga jualnya lebih mahal," kata
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar.
Heru Nugroho, Wakil Ketua Bidang Pengembangan Usaha, Kerjasama, dan Marketing Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) menyatakan, sangat penting Kota Kediri menjadi tempat
Kongres Aksara Kawi karena Kawi adalah induk dari aksara-aksara di Nusantara.
"Sah juga kalau mau nyebut Kediri adalah Ibukota Aksara Nusantara, karena mayoritas aksara asli nusantara (hampir semua yang sejak lahir di bumi nusantara) dan yang sudah terdigitasikan saat ini (Jawa, Sunda, Bali, Bugis atau Aksara Lontaraq, Jangang-jangang atau Aksara Makassar, Rejang, Batak, dll) termasuk Aksara Lampung, Incung yang masih belum sempat terdigitisasikan, induknya adalah
Aksara Kawi," tegas Heru Nugroho yang mendukung pendaftaran
Aksara Kawi ke
Unicode.
Heru Nugroho sendiri, sebelum aktif mendukung pendaftaran aksara-aksara Nusantara ke
Unicode, juga adalah ketua tim Kemenpora RI saat mendaftarkan Pencak Silat ke badan kebudayaan dunia
UNESCO.
Hingga akhirnya
pencak silat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia ditetapkan melalui sidang ke 14 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage diselenggarakan
UNESCO di Bogota, Kolombia pada 9-14 Desember 2019.
FGD Road to
Kongres Aksara Kawi - Kota Kediri 2022 dihadiri oleh narasumber Setya Amrih Prasaja filolog dari Dinas Kebudayaan Provinsi Yogyakarta sekaligus Ketua Tim
Kongres Aksara Jawa I 2020.
Juga Ilham Nurwansyah, konsultan aksara Nusantara dari PANDI, Risang Yuwono - Ketua Tobing Institute Yogyakarta, Arief Budiarta - komunitas pegiat aksara Seja Jabung Yogyakarta, Diaz Nawaksara - Ketua Yayasan Pawiyatan Nawaksara, dan Henri Nurcahyo - Komunitas Brangwetan.