Tim Teknologi Tepat Guna UB dengan pelaku UMKM Batik di Kediri. (Foto: istimewa)
Tim Teknologi Tepat Guna UB dengan pelaku UMKM Batik di Kediri. (Foto: istimewa)

Usaha batik menjadi salah satu primadona di bisnis fesyen Indonesia karena pesona nya. Industri batik sendiri merupakan industri unggulan di Indonesia. Namun, banyak pelaku industri batik yang kesulitan dalam pengelolaan limbah batik.

Limbah batik sendiri dapat menimbulkan berbagai permasalahan, mulai dari ekologi, kesehatan, sosial, bahkan ekonomi.

Limbah batik yang dibuang terbukti merusak ekologi dan menimbulkan beberapa penyakit gatal. Jika terus dibiarkan, dikhawatirkan akan menimbulkan gesekan pada masyarakat.

Hal ini disampaikan oleh satu anggota tim teknologi tepat Guna Universitas Brawijaya Teguh Dwi Widodo ST MEng PhD.

“Masalah limbah batik sampai sekarang belum terselesaikan dengan baik dikarenakan harga pengolah limbah yang mahal bagi masyarakat,” ungkapnya.

Dia menambahkan, limbah batik yang selama ini dibuang masyarakat mengandung zat kimia dan logam berat. Hal ini tentu saja berbahaya serta meracuni air di pemukiman warga dan mengganggu kesehatan masyarakat sekitar.

Berdasarkan alasan inilah maka tim Teknologi Tepat Guna Universitas Brawijaya memberikan bantuan berupa alat pengolahan limbah kepada UMKM batik Numansa dan Batik Dermo di Kelurahan Dermo Kota Kediri.

“Kami berharap alat pengolah limbah batik ini bermanfaat bagi masyarakat terutama dalam upaya menjaga kesehatan lingkungan,” ungkapnya yang juga sebagai ketua pelaksana.

Tim teknologi tepat guna UB yang melaksanakan tugas tersebut terdiri dari beberapa orang yaitu Renfi Bintarto ST M Eng Pract, Rudianto Raharjo ST MT, serta melibatkan beberapa mahasiswa Teknik Mesin UB.

Teguh menambahkan solusi utama yang diberikan untuk masyarakat adalah limbah batik yang ramah lingkungan, hemat energy, murah dan mudah pengoperasianya.

Menurutnya, penggunaan metode Elektro Mekanik Technology merupakan pilihan tepat untuk pengolahan limbah skala UMKM.

“Mekanisme Technology ini yaitu dengan memanfaatkan reaksi anoda dan katoda untuk mengumpulkan limbah yang ada dan kemudian menyaringnya secara mekanik,” terang Alumnus Shibaura Institute of Technology Jepang ini.

Ketua UMKM Numansa Batik, Nunung dan ketua Batik Dermo Nanik Wijayanti menyambut baik bantuan alat yang diberikan oleh tim Universitas Brawijaya ini. Mengingat selama ini pengolahan limbah batik masih menjadi persoalan pelik dialami anggotanya.

“Tentu kami bersyukur dengan adanya bantuan ini,” ujar Nunung.