Hari ini, tepat satu tahun Jembatan Brawijaya diresmikan pemakaiannya oleh Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar. Sempat diwarnai kasus korupsi, jembatan ini mampu jadi pengurai kepadatan lalu lintas.
Sebenarnya, jembatan sepanjang 200 meter yang melintang di atas Sungai Brantas ini sudah beroperasi sejak 24 Desember 2018. Namun, saat itu masih dalam tahap uji coba. Peresmiannya baru beberapa bulan kemudian. Tepatnya pada Senin, 18 Maret 2019. Artinya umur jembatan tersebut secara resmi sudah satu tahun.
Dalam satu tahun, dampak yang paling dirasakan adalah di dua jembatan besar lain di Kota Kediri. Jembatan Bandarngalim di barat Alun-Alun Kota Kediri. Dan Jembatan Semampir. Dua jembatan tersebut, dari data yang dikoleksi oleh Jawa Pos Radar Kediri, memang mengalami pengurangan antrean kendaraan.
“Antrean yang dimaksudkan, baik yang di atas jembatan (berhenti, Red) dan yang hendak melintasi jembatan,” ujar Kabid Manajemen Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Kediri Bagus Hermawan.
Lelaki yang akrab dipanggil Buyung itu menjelaskan bahwa pengurangan jumlah antrean kendaraan juga terasa di persimpangan yang berada di dekat jembatan. Seperti di Simpang Empat Alun-Alun, Semampir, Bandarngalim, dan Iskandar Muda.
Pengurangan terjadi karena menjadikan Jembatan Brawijaya sebagai alternatif bagi warga yang harus melintasi Sungai Brantas untuk bekerja atau mencari ilmu. “Kalau sepeda motor kan bisa lewat jembatan mana saja. Namun untuk mobil, dulunya tidak bisa melewati Jembatan Lama jadi harus memutar,” imbuh Buyung.
Memang, sebelumnya masyarakat harus berputar kurang lebih empat kilometer setiap hari bila ingin menuju area barat sungai. Terutama yang tujuannya ke sekitar Jalan KDP Slamet, Jaksa Agung Suprapto, atau Jalan Veteran. Bila dari Jalan Yos Sudarso mereka harus ke Jembatan Semampir. Kemudian memutar lagi menuju daerah yang dikenal sebagai pusat pendidikan itu.
Setelah kehadiran Jembatan Brawijaya, perjalanan memutar seperti itu tak terjadi lagi. Mereka cukup melintasi Jembatan Brawijaya. Jarak tempuh pun terpangkas jauh.
Namun, di sisi lain, ada dampak peningkatan antrean di beberapa titik setelah berfungsinya Jembatan Brawijaya. Misalnya di perempatan Jalan Veteran. Terutama di pagi dan sore hari. Jam ketika waktu berangkat dan pulang sekolah maupun bekerja.
Hal yang wajar karena jembatan baru itu merupakan akses paling mudah dan cepat menuju wilayah barat sungai. Meskipun imbasnya adalah terjadinya penumpukan kendaraan di waktu-waktu tertentu. Terutama di jam-jam sibuk.
Kepadatan yang terjadi itu seperti di Jalan Brawijaya maupun Jalan Mayjend Sungkono. Namun, hal itu tak semata-mata karena kehadiran Jembatan Brawijaya saja. Melainkan karena di jalan-jalan itu ada lembaga pendidikan yang sering menjadikan macet ketika banyak pengantar dan penjemput siswa. Itupun hanya terjadi di waktu-waktu tertentu. Sore dan malam hari keadaan jalan kembali lengang.
“Terus dilakukan evaluasi. Baik dari kondisi lalu lintas di setiap ruas jalan di Kota Kediri maupun untuk rambu-rambu,” imbuh Buyung.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah keberadaan Taman Brantas yang berada persis di bawah ujung jembatan sisi timur. Di area ini masih sering ditemui pedagang kaki lima yang menjajakan dagangan di tepi jalan. Juga banyak penyeberang jalan atau yang parkir di sepanjang jalan Mayjen Sungkono.
“Masih bisa dikondisikan. Tidak terlalu membuat macet juga kalau yang parkir di sepanjang jalan ini (Mayjend Sungkono, Red),” ujar Muhammad Deni, salah seorang pengunjung Taman Brantas.