Dinas Pertanian (Disperta) Kota Kediri memeriksa kesehatan puluhan ternak di Kelurahan Ketami, Kecamatan Pesantren kemarin.
Hal itu untuk mengantisipasi menyebarnya virus antraks pada sapi yang kasusnya ditemukan di Srengat, Blitar. Pantauan Jawa Pos Radar Kediri, sedikitnya ada 50 sapi berbagai jenis yang dicek kesehatannya. Tiga dokter hewan dari disperta mengamati kondisinya satu per satu.
“Selain gatal-gatal, apa lagi keluhan ternaknya Pak?,” tanya Yunus, salah satu dokter hewan disperta pada peternak di Ketami. Beberapa saat kemudian, Yunus memberi obat. Kemudian, menyuntikkan vitamin pada sapi-sapi yang baru diperiksa. Tak hanya itu, dia juga mengecek beberapa kondisi sapi yang oleh pemiliknya dicurigai hamil.
Kepala Disperta Kota Kediri Haris Chandra Purnama mengatakan, pengecekan hewan kemarin dilakukan untuk mencegah masuknya antraks ke Kota Kediri. "Ini agenda rutin tahunan. Sekaligus untuk mencegah masuknya antraks pasca temuan di Blitar beberapa hari lalu,” katanya saat ditemui di lokasi.
Bagaimana dengan ternak di kelurahan lain?. Haris mengatakan, disperta akan keliling ke puluhan kelurahan. Di tiap kelurahan, disperta mengumpulkan ternak di satu lokasi untuk diperiksa. “Hari ini (kemarin) sekaligus launching posyandu ternak. Jadi, nanti disperta akan keliling ke kelurahan untuk mengecek kesehatan ternak secara gratis,” urainya. Di Kota Kediri, lanjut Haris, ada sekitar 3.500 ekor sapi yang tersebar di tiga kecamatan. Ternak itulah yang ke depan diperiksa agar kondisi kesehatannya terjamin. "Juga, termasuk ternak-ternak lain,” imbuhnya. Untuk mencegah masuknya penyakit antraks sapi Haris menyebut, disperta sudah membuat pagar betis. Salah satunya, dengan mengawasi ketat masuknya ternak dari luar kota. “Kami awasi dan cek pedagang daging dan menyurati peternak di Kota Kediri. Intinya, setiap pemotongan daging harus dilakukan di RPH (rumah potong hewan) agar terpantau,’’ bebernya. Tak hanya itu, sidak penjual daging yang biasanya setiap Subuh juga diperketat. “Terutama pengawasan daging dari luar kota,” imbuhnya Kabid Peternakan Disperta Sigit Setiono menambahkan. Penyakit antraks sangat berbahaya. Sebab, tak hanya bisa menular pada hewan. Melainkan juga bisa menular pada manusia yang mengonsumsi dagingnya. Makanya, perlakuan pada ternak yang sudah terjangkit berbeda.
“Hewan yang sudah terkena antraks tidak boleh dipotong. Soalnya spora antraks di tanah bisa bertahan sampai 50 tahun. Hewan yang terkena antraks harus diformalin sebelum ditanam dalam kedalaman minimal tiga meter katanya. Lalu, mengapa puluhan sapi kemarin tak langsung divaksin antraks? Sigit mengatakan, hal itu hanya perlu dilakukan untuk ternak di ring 1 dan 2. Yaitu, ternak di lokasi dekat ditemukannya kasus antraks. Hingga ternak yang berada maksimal radius 10 kilometer dari tempat kejadian. Untuk Kota Kediri, menurut Sigit ternaknya tak perlu divaksin karena sudah berada di luar ring 2. "Makanya kami cek kesehatannya dan suntik vitamin untuk meningkatkan kesehatannya,” terangnya.