Gebrakan baru kembali dilakukan Dinas Pendidikan Kota Kediri. Kali ini dengan mengangkat tema Multi Level Method of Speaking (MLMS). Disdik ingin membuat terobosan dengan mewajibkan setiap kelas dalam satu sekolah untuk memiliki minimal 2 siswa yang selalu menggunakan bahasa Inggris setiap saat. 2 siswa tersebut lantas berhak mengenakan sebuah PIN yang menandakan bahwa mereka wajib berbahasa Inggris.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Kediri Siswanto melalui Kepala Bidang Pendidikan Dasar Heri Siswanto mengatakan program tersebut merupakan salah satu usaha untuk memenuhi permintaan Walikota membuat pendidikan yang unggul di Kota Kediri.
Heri mengatakan, Senin (2/3) sudah dimulai program MLMS tersebut di SMP Kristen Santa Maria Kota Kediri. Masing-masing sekolah diwajibkan memilih 2 orang siswanya yang sanggup maupun bersedia untuk selalu menggunakan bahasa Inggris dalam setiap percakapan. Tidak hanya itu, siswa yang merasa berani juga diperbolehkan mengenakan PIN tersebut. “Masing-masing kelas harus ada minimal 2 orang yang wajib berbahasa Inggris,” ujarnya.
Di dalam kelas, meskipun bukan dalam rangka pelajaran bahasa Inggris, siswa tersebut juga tetap diwajibkan untuk menggunakan bahasa Inggris saat bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru. PIN tersebut tidak diperuntukkan bagi siswa saja, namun para guru juga dipersilakan untuk mengenakan PIN tersebut asal mereka bersedia menggunakan percakapan bahasa Inggris setiap saat.
Apabila diketahui pemakai PIN tidak menggunakan bahasa Inggris, maka ia harus bersedia untuk melepas PIN tersebut. Diharapkan dari 2 siswa dalam satu kelas yang memakai PIN maka semakin lama pengguna PIN akan semakin bertambah. Heri menjelaskan, saat istrirahat ada waktu tertentu saat 2 siswa tersebut membentuk sebuah kelompok dengan sesama teman lain dan mendiskusikan sesuatu. Namun tetap menggunakan bahasa Inggris.
Untuk mendorong semangat para siswa, disdik merekomendasikan kepada pihak sekolah untuk memberikan nilai tambah bagi siswa yang mengenakan PIN tersebut. Hal itu juga dimaksudkan untuk mendorong siswa lain agar ikut bergabung juga hingga seluruh warga sekolah menggunakan bahasa Inggris. “Kalau sudah menjadi kebiasaan, tidak perlu lagi jauh-jauh pergi les bahasa Inggris. Kita ingin membuktikan bahwa untuk bisa berbahasa Inggris tidak harus mahal,” imbuhnya.