AKBP Lilik Dewi Indarwati, Kepala BNN Kota Kediri

pengumuman | 02/01/2013

       Sebuah kantor di Jalan Urip Sumoharjo 167 A Kota Kediri terlihat paling gres jika dibanding bangunan di sekitarnya. Di depan, terpampang tulisan kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Kediri. Di sanalah Lilik Dewi Indarwati berkantor sebagai kepala BNN Kota Kediri. Ditemui koran ini, Jumat (28/12], perempuan 42 tahun ini berpenampilan rapi.

       Mengenakan batik bercorak cokelat putih dipadu celana hitam plus kacamata, Dewi terlihat sibuk pagi itu. Maklum, selain mengurus agenda BNN yang cukup padat, kan­tor BNN juga baru saja boyongan dari kantor lama di Jalan Semeru Kota Kediri. "Ini masih beres-beres kantor baru," ujarnya.

     Dengan kantor baru itu, semangat ker­ja Dewi dan anak buahnya semakin berlipat. Mereka pun bertekad untuk sema­kin intensif menggelar berbagai kegiatan untuk menekan angka penyalahgunaan narkoba di wilayahnya. "Ya, menambah semangat kami unmk bekerja," tutur istri dr Taufik Effendi SpA ini.

      Dewi menyadari, narkotika dan obat-obatan terlarang sangat rentan meracuni masyara­kat. Baik anak-anak, perempuan, remaja, bahkan dewasa sekalipun. "Narkoba tidak mengenal tempat dan status," terangnya.

    Tidak hanya di Kota Kediri, narkoba juga merangsek di setiap daerah di Indonesia. Untuk memberantasnya memang tidak mudah. Karena itu dibutuhkan tekad yang kuat secara bersama-sama. "Karena itu candu," tutur perempuan kelahiran Malang, 8 November 1970 ini.

       Kesadaran tentang bahaya narkoba itulah yang perlu ditanamkan kepada semua lapisan masyarakat. Melalui kampanye anti narkoba, ibu dua anak ini berharap kesadaran itu bisa tertanam dengan baik. "Kami lebih menekankan tindakan preventif dengan rnembangun kesadaran masyarakat," lanjutnya.

      Selama ini, Dewi mencoba rnelakukan tindakan preventif den­gan menyasar semua lapisan masyarakat. Di sekolah, di jalan, di tempat umum, hingga media massa terpampang berbagai ajakan untuk tidak pernah sekali-kali mengonsumsi narkoba.

      Selain kampanye, Dewi mencoba memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat yang ada. Yaitu, dengan membentuk kader anti narkoba di berbagai lapisan. Mulai dari tingkat kelurahan, pelajar, hingga instansi-instansi pemerintah maupun swasta.

       Lewat kader anti narkoba itu­lah, dia bisa mengajak masya­rakat untuk berkegiatan positif. "Sejatinya, orang menjadi pengguna narkoba karena tidak menemukan tempat yang pas untuk menyalurkan energi positiftiya," kata Dewi.

       Situasi akan bertambah buruk jika yang bersangkutan berada di lingkungan yang salah. Lingkungan pergaulan itulah yang dapat menularkan 'virus' hing­ga tanpa disadari tiba-tiba sudah terbentuk sebuah jaringan pemakai maupun pengedar nar­koba.

       Jika sudah masuk jaringan tersebut, sulit bagi mereka un­tuk keluar. "Mereka akan terus mencandu," tutur Dewi. Korban-korban seperti itulah yang per­lu ditolong dan disembuhkan.

       Makanya, pendampingan ba­gi pecandu narkoba sangat penting. Mereka membutuhkan rehabilitasi untuk menghilangkan rasa candu yang masuk dalam tubuhnya. Di sini BNN mengambil perannya. "Saat ini, di Indonesia tempat rehabilitasi BNN ada di Bandung dan Makassar," tuturnya.

Kediri, Radar