Di Kota Kediri, dinas pendidikan (disdik) sedang membukukan enam jenis permainan tradisional untuk diajarkan pada siswa. Ini untuk membangkitkan kecintaan anak-anak pada aktivitas dolanan yang tak lagi dikenal, sekaligus menindaklanjuti lornba permainan tradisional yang diikuti guru TK/PAUD di Kota Kediri, Januari lalu.
Enam jenis dolanan itu adalah baksodor, ongkirgenuk, dingklik ongklak-angklik, doktri, blarak sempal, dan slekdor. "Kalau sekarang jenis permainan ini pasti asing di telinga anak-anak. Nanti akan kami kenalkan biar mereka familier dan mau memainkannya," kata Kabid Pendidikan Non Formal Informal (PNFI) Disdik Kota Kediri Agus Suharmaji.
Enam permainan yang akan diajarkan pada seluruh TK dan PAUD itu, menurut Agus, merupakan pemenang lomba, juara I hingga harapan III. Sebelum diajarkan ke siswa, disdik akan menggelar seminar untuk guru. Di dalamnya dibahas teknis pengajaran permainan tradisional. Termasuk, diktat bagi guru pengajar perwakilan dari sekolah. "Seminar akan digelar pada Februari ini atau awal Maret nanti," ungkapnya.
Setelah itu, disdik akan membuat taman permainan yang bisa menjadi pedoman guru. Termasuk, iringan musiknya sehingga siswa tertarik mempelajari. "Targetnya, April nanti sudah diajarkan," imbuh Agus.
Pada peringatan hari pendidikan nasional 2 Mei nanti, siswa TK/PAUD sudah bisa mempraktikkan sekaligus dilombakan. Tak hanya enam, guru TK/PAUD dibebaskan mengembangkan permainan tradisional lainnya. Terutama yang sudah mereka kuasai sejak kecil. Termasuk, warisan dari orang tua atau nenek mereka.
Pengajaran permainan tradisional ini, dinilai Agus, tidak hanya membangkitkan permainan zaman dahulu yang pemah jaya. Sekaligus mengenalkan pada anak-anak untuk mencintai budaya mereka. "Kalau tidak dilestarikan dari sekarang akan punah," tegasnya.
Pengajaran permainan tradisional pada anak-anak, lanjut Agus, sekaligus untuk menangkal permainan modern. Termasuk game-game di internet yang sekarang jauh lebih digemari anak-anak.
Tak sekadar dolanan, pengajaran permainan tradisional di TK dan PAUD Kota Kediri, April nanti, juga menanamkan nilai moral. "Itu dilakukan sebelum guru mengajak anak-anak bermain," kata Kabid PNFI Disdik Kota Kediri Agus Suharmaji. "Guru harus menceritakan latar belakang permainan tradisional. Kisah yang mengiringi permainan itu," imbuhnya.
Berbeda dengan permainan modern, ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari dolanan itu. Misalnya, permainan blarak sempal yang mengajarkan kekompakan dan kerja sama. Bagi yang tak kompak dan mengakibatkan permainan berantakan diberi hukuman.
Dengan demikian, siswa bisa belajar banyak hal. Mulai sejarah permainan, mengambil nilai positifnya, kemudian mempraktikkannya. Untuk teknis pengajarannya, Agus mengatakan, para guru mengajarkan permainan tradisional yang diperoleh dari buku bacaan.
"Bisa juga dari berbagai pelatihan yang diikuti. Permainan tersebut merupakan permainan baru," urainya. Selama ini, diakui Agus, proses pengajaran guru dalam penyampaian materi permainan cenderug monoton. Salah satu sebabnya, jenis permainan yang dikuasai dan diajarkan terbatas. "Makanya, dengan pengajaran permainan tradisional ini, akan semakin banyak lagi penguasaan materi dan jadi tidak monoton,"paparnya
Untuk diketahui, di Kota Kediri total ada 134 TK dan pendidikan anak usia dini (PAUD). Ada pula 132 taman bermain. Ratusan lembaga inilah yang nantinya akan diminta mengajarkan permainan tradisional.
Kediri, Radar