Anak Mama yang Jago Gagalkan Tendangan Penalti Tedi menjadi man of the match saat Persik menghancurkan tuan rumati Mojokerto Putra (MP) dengan skor 5-1 pada 27 Mei. Uniknya, pertandingan itu debutnya bersama Persik di musim ini. Di balik kesuksesannya, ada sosok perempuan yang jadi motivator sekaligus pelatih khusus.
Nama Tedi Heri Setiawan masih terdengar asing di kancah sepak bola Indonesia. Bahkan, Persikmania juga kurang familier dengan pemilik nomor punggung 91 tersebut. Tampaknya, itu karena Tedi adalah kiper kedua Persik.
Pemuda dengan tinggi badan 179 sentimeter dan berat badan 79 kilogram ini menjadi pelapis penjaga gawang utama Wahyudi. Selama delapan kali laga di Divisi Utama (DU) PT Liga Indonesia (Ll), pemain asal Kelurahan Banjaran, Kecamatan Kota, Kota Kediri ini hanya menjadi pemanas bangku cadangan pemain. Dia hanya jadi penonton. Karena Wahyudi tidak tergantikan.
Kehadiran Tedi di skuad Macan Putih mulai dirasakan pada pertandingan kesembilan. Wahyudi sakit, sehingga tak bisa berangkat ke Mojokerto untuk menghadapi tuan rumah Mojokerto Putra (MP) pada Senin (20/5). Absennya Wahyudi membawa berkah bagi Tedi. Untuk kali pertama, Tedi tampil menjadi starter. "Nervous sekali saat tahu akan jadi starter," ungkap lelaki kelahiran Kediri, 21 April 1991 ini.
Demi menghilangkan nervous, Tedi menghubungi Harini, ibunya. Dia meminta sang ibu datang ke Mojokerto. Sebab selama ini, perempuan penjual tahu lontong tersebut adalah motivatornya.
Mendengar permintaan anaknya, Harini langsung mengambil sepeda motor. Perempuan yang mengaku pernah menjadi kondektur ini naemacu sepeda motornya menuju Mojokerto. Sekitar pukul 13.00, dia bertemu Tedi di hotel, tempat Persik menginap di sana.
Sentuhan dan semangat Harini membuat Tedi lebih tenang dan percaya diri. Apalagi, sang ibu rela datang ke Stadion Gajahmada menyaksikan anaknya bertanding. Meski demikian, Tedi masih merasa tegang di menit-menit awal. Ketegangan itu sirna setelah ia berhasil menggagalkan peluang emas MP pada menit ke-10. Tendangan keras Bima Ragil dari luar kotak penalti dapat diblok. Dengan melompat, Tedi meninju bola yang mengarah ke pojok kanan dengan tangan kirinya. "Saya kidal, jadi lebih enak kalau block bola pakai tangan kiri," ungkapnya.
Keberhasilan itu membuat Tedi lebih pede. Apalagi, ia ingin menunjukkan kepada ibunya, Persikmania, pelatih, dan pengurus Macan Putih bahwa dirinya layak berkostum Persik. Beberapa kali penyelamatan gemilang dilakukan.
Puncaknya saat Tedi menggagalkan tendangan penalti Pieter Lipede pada menit ke-39. Saat itu, kedudukan 2-0 untuk Persik. Jika MP bisa memperkecil kedudukan lewat tendangan penalti, peluang Persik mencuri poin semakin berat. Karena MP percaya diri mengejar ketertinggalannya.
Beruntung, alumni SMAN 8 Kediri ini tampil tenang di bawah mistar gawang. Dia mengamati mata pemain asal Nigeria tersebut. Saat bola diarahkan ke pojok kiri, Tedi langsung melompat ke kiri. Dia menangkap dengan baik tendangan mantan pemain asing Persik tersebut. "Senang sekali bisa menggagalkan tendangan penalti," ujarnya.
Dengan keberhasilan Tedi, Persik makin pede. Menorehkan sejarah dengan meraih kemenangan terbesar 5-1 di DU PT LI. Satu gol MP yang dicetak Bationo Germain pada menit ke-73 terjadi saat Tedi sudah keluar lapangan karena cedera. Dia digantikan Fransiscus Ariesoma pada menit ke-70. "Saya kram. Jadi tidak bisa main penuh," akunya.
Sukses menjadi starter di laga melawan MP, Tedi berharap pelatih memberinya kesempatan tampil lagi. Sehingga jam terbangnya bisa meningkat. "Saya ingin membawa Persik promosi ke Indonesia Super League (ISL) musim depan dan menjadi kiper timnas Indonesia," kata pengidola kiper Real Madrid Iker Casillas ini.
Penampilan cemerlang Tedi di laga melawan MP tidak dilalui secara kebetulan. Dia sudah jatuh cinta dengan kiper sejak masih berusia dua tahun. Setiap hari, Tedi selalu main tangkap bola di kasur. "Kasurnya sampai jebol karena setiap hari di genjot main tangkap bola," beber Harini.
Awalnya Harini tidak menduga anak kedua dari tiga bersaudara ini punya bakat menjadi kiper. Namun, setelah Tedi terus suka menangkap bola, akhimya Harini dan Hari Budi, suaminya, memahami bakat anaknya. Harini bahkan tak segan-segan menjadi pelatih di rumah.
Orang tua Tedi pun memutuskan memasukkan anaknya ke SSB Triple S. Kemampuan Tedi terus meningkat. Kemudian, dia merasakan atmosfer di Persedikab Junior hingga dipanggil tim Kota Kediri untuk masuk dalam tim Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur dan Popda Jatim pada 2006. Dalam Popda 2006, Tedi membawa Kota Kediri menjadi juara ketiga.
Karena ingin menjadi kiper nasional, Tedi akhirnya masuk ke Persik. Dia menjadi pemain magang terlebih dulu hingga sekarang menjadi pemain inti. "Mudah-mudahan, Tedi diberi kesempatan main lagi. Sehingga, dia bisa menunjukkan kualitasnya," harap Harini.
Untuk pertandingan melawan tuan rumah Persewangi Banyuwangi pada Senin (27/5), Harini kembali akan berangkat ke Banyuwangi. Dia akan mendukung langsung. "Mudah-mudahan Tedi main, jadi saya bisa lihat dia tampil," harapnya.
Sementara itu, pelatih kiper Sukrian menganggap peluang Tedi masuk kiper utama cukup besar. Usianya masih 22 tahun merupakan usia ideal untuk penjaga gawang. "Tedi harus bekerja keras dan terus belajar jika ingin jadi penjaga gawang utama dan timnas," tuturnya.
Makanya Sukrian terus mengasah kemampuan penjaga gawang yang suka main drum tersebut. Porsi latihan terus ditingkatkan. "Jangan cepat puas dan grogi dalam pertandingan. Karena penjaga gawang itu butuh ketenangan dalam bermain," ingatnya.
kediri, Radar