* Pernah Kawal Cawali, Tarif Berdasar Jam Kerja Kantoran
Lengan berotot, dada bidang. Itulah sekilas yang terkesan jika bertemu dengan Eko Agus Koko atau yang akrab disapa Koko ini. Dengan melihat kondisi fisiknya yang kekar dan berotot itu, tentu semua akan menebak bahwa Agus Koko adalah seorang binaragawan. Atau, paling tidak dia rajin mengangkat barbel untuk membentuk tubuhnya menjadi kekar dan berotot.
"Ya memang sampai sekarang saya masih latihan rutin, biar terjaga badannya," kata pria yang kelihatan sangar namun ternyata murah senyum tersebut. Selain itu, jauh sebelumnya Koko memang seorang atlet yang mengandalkan kekuatan otot tubuh.
Di era 80-90an silam, Koko adalah salah satu atlet angkat besi. Prestasinya juga lumayan. Dia beberapa kali mewakili Jawa Timur di ajang kejuaraan nasional angkat besi. "Seingat saya tiga kali saya ikut kejurnas dan pemah dapat emas, perak, maupun perunggu," kenang suami dari Nanik Heriana tersebut.
Namun, usia tak bisa membuatya terus menjadi atlet. Pada 1992, pria kelahiran Surabaya tersebut akhirnya memutuskan pensiun. Namun, dunianya tetap tak jauh-jauh dari urusan angkat besi dan binaraga.
Dia terus berlatih fitnes di rumahnya di Gang Bendon, Kelurahan Banjaran, Kota Kediri. Sejumlah alat pembentuk otot ada di sana, Selain dia, sejumlah mantan atlet maupun warga yang hobi membentuk tubuh juga berlatih di sana.
Kiprah Koko di dunia 'otot' itu semakin kentara sejak setahun terakhir. Dia didapuk menjadi pelatih sekaligus ketua Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI) Kota Kediri. "Ya, saya berterima kasih telah diberikan kepercayaan. Saya akan berupaya sekuat mungkin," katanya. Dengan aktivitas baru tersebut, kini Koko semakin banyak melatih atlet muda Kota Kediri yang akan dipersiapkan di Porprov IV Jatim mendatang.
Di tengah kesibukannya itulah Koko merambah usaha yang tak jauh-jauh dari dunia otot Yakni, jasa pengawalan. Jasa bodyguard profesional itu dinamakannya Gladiator dan bermarkas di rumah. "Ya iseng-iseng saja ini. Untuk sambilan," katanya merendah tentang jenis usahanya yang boleh dibilang sebagai pelopor di kota ini. "Setahu saya, grup bodyguard ini yang pertama dan satu-satunya di Kediri," lanjut Koko.
Meski tergolong baru, sejumlah order sudah diterimanya. Di antaranya mengawal salah satu calon Walikota Kediri dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) 2008 silam. Saat itu, honor yang didapatkan cukup lumayan. Untuk 20 hari pengawalan, angkanya terbilang jutaan.
Lalu, pada 2011, dia mendapatkan order dari Panitia Pelaksana (Panpel) Persik untuk mengawal pintu masuk Stadion Brawijaya. Jasanya pun dianggap efektif. Dengan pria-pria berbadan kekar dan wajah sangar yang dipasang di portal masuk, jumlah penonton liar dapat ditekan.
Namun Koko tak mau menyebut berapa rupiah yang didapatkannya dari pengawalan di Persik tersebut. "Pokoknya kontraknya satu musim," ungkapnya Jasanya juga pernah dimanfaatkan untuk mengamankan konser-konser musik.
Lalu, bagaimana cara menetapkan tarif jasa pengawalannya jika ada orang umum yang ingin mendapatkan pengawalan? Koko menjawab, tarif yang dipatok tidak mahal. Yakni, hanya berbilang ratusan ribu untuk delapan jam pengawalan. "Hitungannya berdasarkan jam kerja pada umurnnya. Sekitar 8 jam perhari," ungkapnya. Jika ada penambahan jam pengawalan, otomatis tarif akan menyesuaikan. "Fleksibel saja," katanya sembari tersenyum.
Koko merekrut para bodyguard itu dari teman-temannya sesama atlet atau mantan atlet Ada yang berbasis binaraga, ada pula angkat besi seperti dirinya. Jumlah mereka ada sekitar 50 orang.
Selain mengandalkan bodi kekar dan wajah sangar, mereka mempunyai sejumlah keterampilan pengawalan. Misalnya, menghalau massa atau melindungj tokoh yang perlu diselamatkan. Keterampilan itu dibutuhkan ketika mereka diorder untuk pengawalan kegiatan-kegiatan seperti konser atau semacamnya.
Lantas, apa yang diinginkannya dari usaha rintisan tersebut? Bukan sekadar berorientasi profit, Koko berharap usaha itu bisa bermanfaat bagi teman sesama atlet maupun masyarakat
Kediri, Radar
Tidak ada artikel terkait