Jam sudah menunjukkan pukul 14.00. Mendung hitam menggelayut. Rintik hujan pun sudah menapak turun. Di kawasan sekolah Kota Kediri, Jl Veteran dan Penanggungan, banyak siswa-siswi terburu-buru pulang.
Yang berjalan mempercepat langkah kakinya. Yang naik sepeda dan motor terlihat melaju kencang bersama jas hujan yang terpasang di badan. Mereka berebut pulang meski harus berbasah-basahan.
Namun suasana di SMK Negeri 1 Kediri justru sebaliknya. Banyak siswa yang baru saja sampai di sekolah. Dengan baju sedikit basah karena hujan, mereka masuk ke kelasnya. Suasananya masih cukup ramai.
Maklum, tak hanya diisi kelas pagi, sebagian siswa baru saja masuk sekolah saat hari merambat senja. Hal ini karena beberapa kelas masih dalam tahap renovasi. Dengan 1.500 siswa, sekolah kejuruan favorit yang didominasi siswa laki-laki ini memang harus berbenah.
Namun bukan hanya soal bangunan fisik, dalam hal teknis, ternyata SMK yang terletak didepan Polsek Mojoroto ini juga berbenah. Beberapa jurusan meningkatkan kompetensinya. Termasuk jurusan otomotif.
Tak ingin kalah bersaing dengan daerah lain, jurusan otomotif pun menjalin kerja sama dengan Esemka. Solo yang telah melahirkan mobil rakitan anak sekolah. Tak tanggung-tanggung dua merek dipercayakan ke sekolah ini.
"Ya, beberapa hari lalu yang dipercayakan pada kami adalah merek Rajawali dan Bima," ujar Eko Wahyu Setiono, humas sekolah sekaligus guru jurusan otomotif.
Dua mobil itu bukan mobil sembarangan. Satu mobil berbentuk minibus. Desainnya terlihat mirip produksi Jepang, Hanya saja, jika melihat kaki-kakinya yang kokoh, sekilas seperti mobil Eropa.
Meski berjenis mobil bak terbuka, desainriya modern dengan lekuk-lekuk yang dinamis. "Yang ini namanya Bima," kata Eko sembari menunjuk dua mobil bercat putih yang diletakkan di ruang praktik otomotif.
Tak hanya Bima, di dalam ruang praktik itu juga ada sebuah mobil berwarna abu-abu. Dari bentuknya mobil ini terlihat seperti mobil SUV, gabungan dari Suzuki Escudo dan Honda CRV Meski dengan body yang sedikit lebih rendah.
Desain lampu, bumper, dan interiornya juga terasa 'up to date'. Dilengkapi dengan SRS Airbags, safety sangat jelas diutamakan. "Lengkap ini, remnya juga ABS. Dijamin pakem," ungkap Eko tentang mobil yang dinamai Rajawali ini lantas tersenyum.
Jika Bima sudah dikenalkan lebih dulu ke siswa untuk dirakit, Rajawali ini tergolong baru. Baru ada satu unit yang dirakit oleh siswa. Itu pun membutuhkan waktu sekitar dua minggu.
Menurut Pamuji, salah satu pembimbing praktik otomotif yang juga lini produksi, merakit sebuah mobil sebenarnya hanya perlu waktu satu minggu. Namun di ruang praktik itu, bukan hanya soal produksi. Melainkan juga sebagai media pembelajaran langsung bagi siswa.
Mulai dari perencanaan bodyline dan bodydocking memasang satu per satu baut, menyetel mesin, hingga finishing. "Jadi nggak seperti pabrik. Adanya mobil rakitan ini kami manfaatkan semaksimal mungkin untuk siswa," paparnya yang biasa bekerja dengan 5-10 siswa untuk sekali tahapan produksi.
Yang paling rumit dari semua bagian itu, menurut Pamuji, justru waktu pemetaan komponen. Terutama mur dan baut yang jumlahnya mencapai ribuan. "Banyak sekali. Meski ada panduannya, tapi tetap butuh ketelitian," sambungnya.
Dua mobil dengan jenis dan desain berbeda ini sempat diuji coba. Pada 12 November lalu, saat menghadiri launching merek-merek mobil Esemka di Solo, Bima dan Rajawali langsung dikendarai di sepanjang jalan.
Ketika melihat angka speedometer pun sudah tertulis lebih dari 1.000 kilometer. Jarak yang ditempuh kedua mobil itu. "Tidak ada gangguan. Mobilnya juga irit," papar Eko.
Dengan kapasitas mesin 1.600 cc, Rajawali yang tetap stabil di kecepatan 120 kilometer ini memang tak terlalu menguras kocek untuk urusan bahan bakar. "Kira-kira 1:12. Untuk kelas mobil seperti ini cukup irit BBM," tandasnya.
Bagaimana dengan harga? Kedua mobil ini tergolong murah. Bima yang multifungsi hanya dihargai sekitar Rp 75 juta. Sedangkan Rajawali yang elegan, bisa jadi mobil termurah di kelasnya, hanya Rp 140 jutaan. "Bima ini sudah banyak yang pesan," papar Eko yang berdomisili di Paron, Ngasem ini.
Lalu apa target ke depannya? Eko mengatakan, misi besar mobil-mobil Esemka adalah menggugah kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri. Teknologi dan desainnya tak kalah dengan jepang, Korea bahkan Eropa.
Di Kota Kediri khususnya, Eko sangat berharap dukungan pemerintah. Jangan hanya berhenti dengan merakit, tetapi juga harus bangga menggunakan. "Kalau bisa semua pejabat pakai Rajawali ini produksi anak negeri," urainya.
Kediri, Radar