Nilai tertinggi ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) di Kota Kediri tahun ini diraih dua siswa. Yaitu Fitri Lailatul Azizah dari SDN Bawang 2 dan Aditia Ahmad Yanuar dari SDN Lirboyo 4. Mereka membuktikan nilai bagus tidak didapat secara instan.
"Nggak nyangka kalau bisa dapat nilai UASBN tertinggi," beber Adit saat ditemui di sekolahnya, SDN Lirboyo 4 di Jl Sitinggil, Kelurahan Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Jumat (20/6) lalu.Siang itu, pemilik nama lengkap Aditia Ahmad Yanuar ini tengah berkumpul dengan teman-temannya. Mereka terlihat asyik bercanda seperti anak-anak kebanyakan.
Begitu namanya dipanggil, perawakan khas anak-anak langsung hilang. Bocah bertubuh basar ini berperilaku sangat sopan. Baik dalam berbicara maupun sikapnya. Tata bahasanya tertata, jauh melewati usianya yang masih 12 tahun.
Ditanya tentang prestasinya yang meraih nilai UASBN tertinggi bersama Fitri Lailatul Azizah, Adit hanya tersenyum tipis. "Tahunya baru Rabu (18/6) lalu. Dikasih tahu teman mama," papar pemilik berat badan 80 kilogram dengan tinggi 160 sentimeter ini.
Sejak duduk di kelas 1SD, predikat juara I tak pernah lepas dari Adit. Meski demikian, dia tak pernah membayangkan bisa meraih nilai tertinggi, mengalahkan ribuan peserta lainnya. Apalagi, selama ini nilai tertinggi UASBN seringkali didapat siswa dari sejumlah sekolah'favorit.
Walaupun tak mempunyai target khusus, bungsu dari dua bersaudara ini berusaha maksimal untuk meraih hasil terbaik. Selain les prifat yang dijalaninya di rumah, Adit harus menjalani latihan soal dua kali sehari bersama puluhan teman-temannya. Yaitu, pagi pukul 06.00 hingga pukul 07.00. Kemudian, siang mulai pukul 12.00 hingga pukul 13.30.
Di rumah, Adit juga tak berdiam diri. Sore setelah mengikuti les, dia mengulang pelajaran yang baru didapat agar bisa konsentrasi, putra pasangan Gatot Suprihadi dan Mujiati ini mengurangi porsi bermainnya.
Penggemar game sepak bola ini pun rela mengurangi porsi bermainnya. Jika biasanya bisa main game tiap hari, menjelang ujian Adit hanya bisa nge game seminggu sekali. "Hanya boleh satu jam saja," bebernya tersenyum.
Kerj a keras Adit membuahkan hasil. Dia meraih nilai sempurna, 10,00 untuk matematika dan IPA. Sedangkan bahasa Indonesia 9,60. Sehingga, total nilai UASBNnya 29,60. "Bahasa Indonesia itu sulit. Sejak dulu saya selalu kesulitan," akunya ketika ditanya tentang nilai bahasa Indonesia yang tak sempurna.
Keberhasilan yang diraih Adit tak hanya membuat bangga orang tuanya. Tetapi, juga membuat bangga sekolah. Kepala SDN Lirboyo 4 Yuni Maharni mengaku, sekolah memacu prestasi siswa agar tahun depan bisa lebih baik lagi. 'Alhamdulilah, saya merasa senang karena proses pembelajaran yang diterapkan anak-anak berhasil. Selama ini anak-anak semangat belajar, walaupun latihan soalnya dua kali sehari," terang Yuni mendampingi Adit.
Kebanggaan yang sama juga dirasakan Kepala SDN Bawang 2 .Muh Nur Hidayat. Pria yang Jumat lalu mendampingi Fitri pun senang dengan prestasi anak didiknya. Seperti halnya Adit, pemilik nama lengkap Fitri Lailatul Azizah ini juga meraih nilai UASBN 29,60.
Rincian nilainya pun sama. Untuk matematika dan IPA, Fitri meraihnilai sempurna. Sedangkan bahasa Indonesia 9,60. "Saya bangga karena anak di sekolah pinggiran juga bisa berprestasi seperti anak di wilayah kota," kata Nur.
Fitri yang Jumat lalu dipanggil ke ruangan Nur pun mengungkapkan kegembiraan saat tahu nilainya tertinggi. "Kaget. Rasanya bahagia sampai mau nangis," kenangnya.
Jika Adit langganan juara 1 sejak kelas I, prestasi Fitri bisa dibilang naik turun. Di kelas I sampai kelas V dia biasa meraih juara 2 atau 3. Tetapi, di kelas VI malah sempat turun di peringkat IV Makanya, begitu diumumkan meraih NUN tertinggi, bocah yang tinggal di Desa Sumberagung, Wates ini tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.
Untuk bisa mendapat nilai bagus, Fitri harus rela bolak-balik ke sekolah, pagi hingga sore. Sebab, bimbingan belajar dilakukan tiga kali sehari. Mulai pukul 06.00-07.00. Kemudian, siang pukul 12.00-13.30. Sore, pukul 18.00 Fitri harus kembali ke sekolah untuk mengikuti bimbingan hingga pukul 19.30.
Apa tidak bosan? Ditanya demikian, Fitri mengaku, tak keberatan. Sebab, dia sadar jika hal itu demi hasil terbaik dalam UASBN. Makanya, begitu mendapat nilai tertinggi, rasa lelah yang dirasakan seolah sirna.
Prestasi yang diraihnya pun langsung disambut suka cita oleh orang tuanya, Muh Nur Hadi dan Nyomi Wahyuni. Bocah pendiam itu langsung mendapat hadiah satu unit laptop untuk persiapan belajardiSMP.
Dengan nilai tertinggi, sekolah mana yang akan dimasukinya? Ditanya demikian, Fitri mengaku, ingin masuk ke SMPN 3 Kediri. Kenapa tidak masuk ke SMP 1 yang difavoritkan oleh banyak siswa? Ditanya demikian, dengan lugunya Fitri.mengaku minder. "Disana kan kebanyakan anak-anak orang kaya," katanya jujur.
Di SMP kelak, Fitri bertekad terus rajin belajar. Sebab, setelah lulus SMA nanti, dia bercita-cita bisa kuliah di fakultas kedokteran. "Saya ingin jadi dokter," bebernya tentang cita-cita yang ingin digapainya.