Ketua TP PKK sekaligus Ketua Dekranasda Kota Kediri Ferry Silviana Abdullah Abu Bakar memaparkan upaya-upaya yang dilakukan Dekranasda bersama Pemerintah Kota Kediri untuk mengembangkan UMKM wastra khas Kota Kediri tenun ikat. Apalagi pandemi Covid-19 memukul segala sektor termasuk industri tenun ikat. Hal itu dipaparkan dalam virtual talk show “Peran Penting Istri Wali Kota”, Selasa (19/4) yang diselenggarakan oleh APEKSI. Dalam virtual talk show ini, Ferry Silviana Abdullah Abu Bakar memaparkan pada bidang ekonomi bersama Ketua TP PKK Kota Banjarbaru Vivi Mar'i Zubedi Aditya Mufti Ariffin dan Ketua TP PKK Kota Palu Diah Puspita Hadianto Rasyid.
“Kota Kediri memiliki warisan wastra lokal yakni tenun ikat yang berada di Kelurahan Bandar Kidul. Dimana wastra ini sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Terdapat kurang lebih 14 rumah industri tenun di Kelurahan Bandar Kidul,” ujar wanita yang akrab disapa Bunda Fey ini.
Pemerintah Kota Kediri memiliki komitmen besar untuk mengembangkan tenun ikat. Salah satunya dengan kebijakan melalui Peraturan Wali Kota dimana seluruh karyawan di Kota Kediri baik ASN atau swasta untuk mengenakan tenun ikat setiap hari kamis. Selain itu, upaya lain untuk mengembangkan tenun ikat Kota Kediri ini dengan melakukan pembinaan kepada para pengrajin. “Sebelum pandemi melanda berbagai event digelar sebagai upaya memperkenalkan tenun ikat Kota Kediri. Salah satunya Dhoho Street Fashion yang menjadi agenda tahunan. Selain itu juga ambil bagian dalam Jakarta Fashion Week dan Jogja Fashion Festival,” ungkapnya.
Istri Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar ini menjelaskan di masa pandemi Covid-19 beberapa upaya juga dilakukan untuk menyelamatkan industri tenun ikat. Diantaranya pemesanan masker bahan tenun ikat sekaligus upaya pendisiplinan protokol kesehatan pada masyarakat. Pandemi Covid-19 juga menjadi momentum yang tepat untuk membawa tenun ikat Kota Kediri go digital. Fasilitasi pemasaran pun dilakukan dengan menggandeng marketplace seperti Tokopedia, Shopee, dan lainnya. Selain itu promosi melalui media sosial dan media mainstream juga dilakukan untuk memperluas pangsa pasar. Pemkot Kediri juga mendukung pengajuan Kekayaan Intelektual Komunal (KIK). “Dampaknya omset penjualan di masa pandemi pun masih cukup aman. Untuk meningkatkan daya saing pemkot bersama PKK juga melakukan pelatihan diversifikasi produk tenun ikat sampai di level kelurahan melalui dana Prodamas, serta, promosi dan advokasi tenun ikat ke level yang lebih tinggi juga dilakukan. Hasilnya tenun ikat menjadi salah satu outfit yang harus digunakan ASN Pemprov Jatim,” terangnya.
Bunda Fey menambahkan Pemkot Kediri memboyong alat tenun bukan mesin (ATBM) dalam berbagai ajang pameran. Dalam International Handicraft (Inacraft) ATBM menjadi daya tarik para pengunjung. Tujuannya agar calon pembeli dapat melihat langsung proses pembuatan tenun ikat. Dampaknya omset selama Inacraft kurang lebih 100 juta rupiah. “Kreatifitas dan kolaborasi saya kira menjadi kunci. Fokus saya dari bidang ekonomi bagaimana tenun ikat Kota Kediri tidak akan hilang suatu hari nanti. Satu hal yang istimewa di Kota Kediri bahwa penenun di desa itu masih muda-muda. Ini yang menjadi suatu kelegaan saya dimana regenerasi bisa berjalan dengan baik. Harapan bahwa tenun ikat Kota Kediri akan saya temui 100 tahun lagi menjadi ada,” imbuhnya.