Dalam rangka menekan laju inflasi, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Dalam Negeri berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk memonitor pergerakan laju inflasi melalui kegiatan Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024 secara virtual, Senin (12/8). Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan mengundang seluruh pemangku kepentingan yang terlibat, seperti: BPS, BULOG, Bapanas, Satgas Pangan Polri, Perwakilan TNI, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, serta seluruh pemimpin daerah.
Dalam pertemuan tersebut, Windhiarso Ponco, Direktur Direktorat Statistik Harga Badan Pusat Statistik mengemukakan inflasi nasional pada Bulan Juli 2024 secara Year on Year (y-on-y) sebesar 2,13 persen; tingkat deflasi month-to-month (m-to-m) sebesar 0,18 persen; dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) sebesar 0,89 persen. Kemudian, Arief Prasetyo Adi, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga mengutarakan berdasarkan hasil pantauan pada tanggal 10 Agustus 2024, terdapat beberapa komoditas yang menunjukkan harga di atas HET dengan status perlu segera diintervensi, antara lain: beras premium zona 3, beras medium zona 3, dan cabai rawit merah. Sementara itu bawang merah 40,36% di bawah Harga Acuan Pemerintah (HAP) dikarenakan masa panen raya di sebagian daerah mengalami puncaknya pada Juli 2024.
Guna mengantisipasi gejolak harga beras di pasaran, Bapanas bekerjasama dengan Perum Bulog juga telah melakukan stabilisasi harga. Pada tanggal 9 Agustus, pemerintah telah menyimpan stok beras sebanyak 1,4 juta ton yang tersebar di seluruh Indonesia. Stok beras tersebut akan disalurkan Perum Bulog untuk kegiatan SPHP dan bantuan pangan dalam rangka menjaga ketersediaan dan stabilitas harga di tingkat konsumen. Di samping itu, upaya yang dilakukan Bapanas yakni melalui gerakan pangan murah, mengintensifkan pemantauan harga, dan pengujian keamanan pangan segar.
Sementara itu, menanggapi hasil Rakor tersebut, Tetuko Erwin Sukarno, Kepala Bagian Administrasi Perekonomian Pemkot Kediri sekaligus sebagai sekretaris TPID menyampaikan dalam rangka mengintervensi harga cabai, Pemkot Kediri telah mengoptimalkan program Sekolah Peduli Inflasi (SPI). “Kita ada program SPI, yang mana kita mengajari anak-anak menanam komoditas yang sering menjadi penyumbang inflasi, seperti: cabai, tomat, dan terong. Saat ini di beberapa sekolah sudah panen, beberapa warga juga sudah menanam di pekarangan rumah,” terangnya. Pada beras medium, pihaknya juga telah melakukan koordinasi dengan Perum Bulog Kediri Raya dan Satgas Pangan Kota Kediri terkait rencana percepatan penyaluran bantuan pangan serta operasi pasar pada minggu ke-3 Bulan Agustus.
Erwin juga menanggapi deflasi yang terjadi di Kota Kediri beberapa bulan terakhir ini. Ia menyampaikan bahwa kondisi tersebut terjadi lantaran masyarakat cenderung menunda untuk berbelanja barang tertentu dan memilih untuk mengalihkan pada kebutuhan sekolah anak. “Jadi kalau dua bulan yang lalu memang kondisinya di bulan Juni rata-rata tahun ajaran baru orang mulai agak menahan konsumsinya karena ada kebutuhan lain terkait sekolah, biasanya di bulan itu permintaan menurun,” ujarnya. Di samping itu momentum panen raya komoditas bawang merah juga turut memberikan andil terjadinya deflasi.
Melalui kegiatan tersebut dirinya berharap kepada masyarakat Kota Kediri agar mulai memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami tanaman yang sering mengalami inflasi, seperti: cabai, terong, dan tomat. “Itu perlu dilakukan supaya kalau shock di sisi supply yang diakibatkan cuaca atau gagal panen, warga tidak terdampak,” pungkasnya.
*Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Kediri*