Setelah mengalami deflasi lima bulan berturut-turut, pada Bulan Oktober 2024 Kota Kediri mengalami inflasi month-to-month (m-to-m) sebesar 0,16 persen. Sedangkan secara year-on-year (y-on-y), Kota Kediri mengalami inflasi sebesar 0,91 persen sekaligus menjadi urutan terendah se-Jawa Timur. Hal tersebut diungkap Dyah Sari Prihantari, Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri pada kegiatan Meeting Press Release Berita Resmi Statistik secara daring (1/11).
Dyah mengamati beberapa peristiwa yang menjadi catatan pada Bulan Oktober 2024, di antaranya: kenaikan harga emas dunia yang berpengaruh ke harga emas dalam negeri, kenaikan harga daging ayam ras yang dipengaruhi oleh kenaikan harga di tingkat peternak, serta kenaikan harga bawang merah akibat panen raya yang sudah berlalu yang menyebabkan berkurangnya stok di pasaran.
“Kelompok makanan, minuman, dan tembakau merupakan penyumbang inflasi tertinggi dengan andil 0,11 persen, sebaliknya kelompok transportasi yang memberikan andil inflasi terendah yakni -0,04 persen,” ujarnya. Berikut ini komoditas penyumbang inflasi secara m-to-m di Bulan Oktober, antara lain: daging ayam ras menyumbang inflasi sebesar 0,08 persen; emas perhiasan sebesar 0,07 persen; bawang merah dan tomat masing-masing sebesar 0,03 persen; kacang panjang dan sepeda motor masing-masing 0,02 persen; serta telur ayam ras, upah asisten rumah tangga, dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,01 persen.
Sementara itu terdapat pula komoditas yang menjadi penghambat inflasi, yaitu: bensin mengalami deflasi -0,06 persen; beras sebesar -0,02 persen; cabai merah, kentang, jagung manis, wortel, alpukat, semangka,dan pisang masing-masing mengalami deflasi sebesar -0,01 persen.
Pihaknya turut mengimbau kepada masyarakat agar tidak perlu khawatir dengan ketersediaan pasokan bahan pangan di Kota Kediri, karena TPID Kota Kediri telah berupaya melakukan pemantauan harga komoditas di pasar dan menggelar Operasi Pasar Murni (OPM) secara berkala. “Dengan demikian semoga melalui Berita resmi Statistik ini dapat menjadi dasar pembuatan kebijakan bagi Pemkot Kediri,” pungkasnya.
Sementara, saat dihubungi secara terpisah, Tetuko Erwin Sukarno Kepala Bagian Administrasi Perekonomian sekaligus selaku Sekretaris TPID Kota Kediri menyampaikan, bahwa inflasi yang dialami Kota Kediri yang juga sejalan dengan kondisi di kota dan kabupaten lain di Jawa Timur dan Indonesia merupakan sinyal positif dari pasar, setelah sebelumnya selama 5 bulan berturut-turut mengalami deflasi, ia menilai bahwa kondisi optimisme pasar mulai terbentuk seiring peralihan kepemimpinan nasional yang berjalan lancar, Selasa (5/11).
Seperti diketahui bahwa Kota Kediri mengalami deflasi berturut-turut sejak Bulan Mei sebesar -0,20; Juni -0,33; Juli -0,01; Agustus -0,17 dan September sebesar -0,10, sehingga inflasi Oktober ini memutus rantai trend deflasi yang terjadi sebelumnya. Erwin mengatakan bahwa kenaikan harga beberapa komoditas bahan makanan seperti daging ayam ras, bawang merah dan telur yang mendorong inflasi Bulan Oktober merupakan indikasi pola konsumsi yang kembali normal di masyarakat.
Erwin memprediksi bahwa trend inflasi masih akan terus terjadi pada Bulan November dan Desember seiring perhelatan Pilkada dan HBKN Natal dan Tahun Baru yang biasanya mendorong tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi. "Kami berharap agar gelaran Pilkada dan perayaan Nataru Tahun ini dapat berjalan lancar, dan agar warga Kota Kediri tetap berbelanja bijak sesuai dengan kebutuhannya, TPID Kota Kediri akan melakukan upaya-upaya yang terukur untuk mengendalikan keterjangkauan harga di masyarakat hingga akhir tahun nanti", tutupnya
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Kediri