Terpana lihat batu prasasti berusia ribuan tahun
Sebelum manggung di Balai Kota Kediri, seniman mancanegara dalam rombongan The Art Island Festival (TAIF) 2014 sempat jalan-jalan. Mereka mengunjungi tempat wisata Gua Selomangleng dan Museum Airlangga.
Iringan musik jaranan membahana di sela bunyi lecutan cambuk. Iramanya rancak menyambut kedatangan rombongan seniman dari luar negeri yang akan tampil di event TAIF 2014 nanti malarn (26/8). Siang kemarin, dalam lawatannya ke Kota Kediri, para seniman mancanegara ini sempat mengunjungi Gua Selomangleng.
Sekitar pukul 10.00, mereka memang dijadwalkan untuk beramah tamah dengan pemerintah daerah serta pengenalan kebudayaan dan kesenian Kota. Begitu turun dari bus yang membawanya dari hotel menuju Selomangleng para seniman ini terlihat antusias.
Mereka pun terpukau dengan permainan jaranan. Melihat pertunjukan khas Kediri itu, seniman ini tak melewatkannya begitu saja. Mereka mengabadikan momen atraksi kesenian tradisional tersebut menggunakan kamera.
“Amazing very beautiful dance (menakjubkan, tarian yang sangat indah),” ujar Jessi Lewis, salah satu artis TAIF asal Australia.
Tidak hanya itu, rombongan seniman yang nanti malam tampil di halaman balai kota ini sangat tertarik dengan permainan cambuk dari seniman Kota Kediri dalam atraksi jaranan. “It was challenging and extreme (itu menantang dan mendebarkan)," sebut Jessi.
Meski menilai permainan cambuk sangat ekstrem, namun pria yang baru kali pertama ke Indonesia ini pun tertarik untuk mencoba memainkannya. Sayangnya, beberapa kali ia lecutkan ke udara sampai ke tanah, tak kunjung memperoleh bunyi yang kencang.
“The whipping atraction seems easy but it was difficult when I've try it. I might need to learn it before to make a good play, however, I still enjoy it (atraksi cambuk sepertinya mudah tapi ternyata susah setelah dicoba. Saya mungkin butuh berlatih sebelum bisa memainkannya. Tapi saya menikmatinya),” urainya.
Yang tak kalah membuatnya terkesima adalah benda-benda bersejarah yang berada di museum Airlangga. Selain menikmati suasana wisata Selomangleng kemarin, para seniman mancanegara ini pun melihat koleksi museum. Lokasinya berada di dalam kompleks wisata tersebut.
Jessi terlihat sangat antusias mendengarkan pemandu menjelaskan satu per satu berbagai patung bersejarah di Kota Kediri. Terlebih lagi usia benda-benda bersejarah tersebut telah mencapai ribuan tahun. Namun, kondisinya masih terjaga. “It looks wonderful and very unique (terlihat indah dan sangat unik),” sambungnya
Jessi sangat terpana dengan batu prasasti yang ada di museum yang dibangun di sebelah timur Gua Selomangleng tersebut. Menurutnya, batu prasasti yang menyerupai batu nisan itu penuh dengan nilai sejarah, yang bisa membawa setiap orang ke masa lalu.
Mengenai makanan, pemuda berusia 25 tahun ini mengaku, sangat menyukai menu makan siangnya Pepes dan urap-urap menjadi pilihannya. “It's very delicious, I like spicy food, so I love it (makanannya sangat lezat saya suka makanan pedas. Jadi suka makanan di sini)” ungkap Jessi.
Budaya Kediri membuatnya ingin kembali berkunjung. "Someday, I want to come back to Kediri, to see another beauty in Kediri (suatu hari, saya ingin kembali ke Kediri, untuk melihat kecantikan-kecantikan lain di Kediri),” ujar pria yang berdomisili di Melbourne, Victoria, Australia ini.
Pengalaman berbeda dirasakan Carmencita Palermo, begitu melihat tabuhan gamelan karawitan yang dibawakan sanggar seni Dwija laras dari SMPN 6 Kediri. Alunan alat musik gamelan khas Jawa itu, membuat Carmencita tak kuasa menahan hasratnya untuk menari. Sejenak kemudian, ia telah berlenggak-lengok mengikuti iringan gamelan tersebut. Yang menarik saat memperagakan tariannya, perempuan ini juga mengenakan topeng. Menarik dengan topeng rupanya menjadi ciri khas seniwati ini.
"Musiknya sangat indah, it makes me wanna dance" ujar Carmencita dengan logat khas bulenya. Lama melakukan penelitian di bali, membuatnya lebih lancar berbahasa Indonesia dibandingkan dengan anggota rombongan TAIF lainnya.
Carmencita pun terkesima ketika melihat penampilan beberapa penari yang merupakan pelajar SMPN 6 Kediri mengenakan jilbab. Padahal kebanyakan seorang penari tidak menggunakannya “I was very surprised, there are dancers here that wear veil (saya sangat terkejut, ada penari yang memakai jilbab),” lanjut perempuan berambut panjang ini.
Namun, semua itu menjadi nilai plus tersendiri bagi Carmencita. Perbedaan tersebut menjadi salah satu bukti, bahwa siapa pun boleh menjadi pelaku seni.