Sekretaris Daerah Kota Kediri Budwi Sunu, siang ini membuka pelatihan pemetaan populasi kunci untuk perencanaan intervensi program HIV yang diselenggarakan di Lotus Garden, Selasa (8/1).
Dalam pelatihan yang diikuti oleh perwakilan KPAD dan Dinas Kesehatan Kota Kediri beserta 21 kabupaten kota lainnya ini, Budwi Sunu menyatakan pentingnya setiap langkah dalam penanggulangan HIV AIDS, mulai dari sosialisasi, pelatihan, pemetaan hingga pencegahan. Khusus untuk pelatihan pemetaan, Budwi Sunu menghimbau para peserta dapat memanfaatkan kesempatan itu untuk mengambil ilmu yang disampaikan pemateri agar dalam melaksanakan pemetaan dapat memberikan data yang benar dan dapat digunakan pemerintah untuk program dan langkah kedepannya.
Disampaikannya pula, menurut data Kementerian Kesehatan, Jawa Timur menempati nomor 2 tertinggi masyarakat terdeteksi HIV AIDS. Baginya, masalah ini harus ditanggulangi bersama seluruh masyarakat. "Masalah ini tidak bisa ditangani oleh pemda saja. Untuk itu saya minta seluruh pihak untuk bergandeng tangan menanggulangi HIV AIDS. Bukan orangnya yang kita jauhi, tapi tindakan yang mengarah kesana itu yang harus kita hindari," jelasnya.
Faktor lemahnya penanganan HIV AIDS adalah data populasi kunci dan penderita HIV AIDS yang selalu kurang akurat. "Kita sama tahu, kelemahan mendasar dalam penanganan HIV AIDS ini adalah data yang selalu kurang akurat. Ini bisa kita maklumi, karena memang populasi kunci ini dimana karakteristiknya mereka sulit dijangkau, tidak terbuka atau bahkan tidak tahu. Karenanya, semoga pelatihan ini bisa memberikan gambaran untuk langkah-langkah kedepannya dalam melakukan pendataan dan pemetaan yang benar itu seperti apa," ujarnya.
Di Kota Kediri, lanjut Budwi Sunu, sebuah kelembagaan bernama Warga Peduli AIDS (WPA) adalah salah satu cara dan wujud sinergitas Pemerintah Kota Kediri dengan masyarakat dalam menanggulangi HIV AIDS. "WPA ini adalah wadah masyarakat yang melakukan sosialisasi dan edukasi penanggulangan HIV AIDS. WPA juga ada di setiap kelurahan dan kecamatan di Kota Kediri. Ini adalah salah satu upaya kita dalam menanggulangi AIDS dan mengurangi epidemi dari HIV AIDS," ujarnya.
Budwi Sunu berharap, hasil dari pelatihan tersebut bisa menghasilkan pemetaan tentang geografi populasi kunci, pemetaan masalah sosial masyarakat dan pemetaan sumber daya yang menangani tentang HIV AIDS. "Kalau ketiga pemetaan ini bisa diwujudkan, mudah-mudahan bisa menghasilkan data yang sangat penting dan berguna. Semoga kedepannya kita bisa mengeliminir atau mengurangi penderita, mengurangi jumlah kematian dari penderita dan mengurangi stigma negatif berupa diskriminasi kepada penderita. Karena mereka ini butuh motivasi agar bisa kuat dan semangat hidup lebih lama. Karena tidak semua penderita ini karena apa yang dilakukannya, bisa saja karena transfusi darah yang tidak aman dan yang lainnya. Jadi mari kita jauhi setiap perbuatan yang mengarah kesana, bukan orang-orangnya," jelasnya.
Perlu diketahui, pelatihan ini dilakukan selama 3 hari yaitu 8-10 Januari 2018. Turut hadir dalam acara tersebut, Sekretaris KPA Provinsi Jawa Timur Otto Bambang Wahyudi, fasilitator dari KPA dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, peserta pelatihan dari Kabupaten Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Blitar, Kediri, Lumajang, Probolinggo, Mojokerto, Nganjuk, Madiun, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Kota dan Kabupaten Pasuruan, Kabupaten dan Kota Malang, Kota Kediri dan Kota Batu.