Inflasi merupakan salah satu roh penting dalam perekonomian di Kota Kediri. Bisa dibilang, inflasi adalah salah satu rahasia untuk membesarkan daerah sesuai dengan apa yang kita inginkan. Hal tersebut disampaikan Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar ketika memimpin high level meeting TPID Kota Kediri Tahun 2020 yang memfokuskan terhadap strategi aksi pengendalian inflasi Kota Kediri ditengah situasi pandemi covid 19 yang bertempat di Ruang Joyoboyo, Rabu (23/12).
Inflasi harus dikendalikan agar harga-harga kebutuhan pokok di Kota Kediri terus stabil sehingga dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Selama 11 tahun menjabat sebagai kepala daerah, Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar melihat perkembangan Kota Kediri dan beberapa kota lain yang inflasinya dikondisikan. “Kalau beberapa tahun lalu di Kota Kediri, kita bisa naik mobil 60 km per jam tapi sekarang tidak bisa. Artinya kota ini sudah hidup,” ujarnya.
Selain mengandalkan sektor jasa dan perdagangan, Kota Kediri juga mendorong pertumbuhan sektor pendidikan. Kehadiran Universitas Brawijaya dan lainnya, diharapkan akan mendatangkan mahasiswa yang nanti akan membawa multiplier effect bagi masyarakat kita. “Jadi ini bisa menjadi sumber ekonomi yang baru,” paparnya.
Lebih lanjut, Wali Kota Kediri mengungkapkan, adanya Covid-19 berdampak terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi di Kota Kediri. Pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diproyeksikan sebesar 2,5% (yoy) menurun dari tahun sebelumnya sebesar 5,47%. Sedangkan Inflasi Tahun 2020 diproyeksikan sebesar 2,05% meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 1,83%. Selain itu, adanya covid-19 juga berdampak terhadap percepatan digitalisasi, ekonomi dan pendidikan. “Alhamdulillah di Kota Kediri masih ada inflasi yang artinya masih ada permintaan-permintaan yang cukup bagus. Inflasi kita alhamdulillah masih lumayan di tahun 2019 yaitu 1,83,” terangnya.
Salah satu penopang ekonomi kita adalah UMKM. Mereka yang dulu survive pada krisis moneter tahun 1998, namun saat pandemi covid 19 seperti ini kondisinya mengalami kesulitan bahkan ada yang mati. Untuk itu, Wali Kota berharap kerjasama semua pemangku kepentingan terkait untuk menginventarisir UMKM yang terdampak. “Untuk itu, mulai sekarang kita mesti menginventarisir kondisi usaha mikro kecil dan industri kecil menengah. Dengan data tersebut bisa disusun prioritas mana yang ditangani dulu sehingga kerja kita semakin terarah dan fokus,” ujarnya.
Dalam rapat tersebut, Wali Kota Kediri juga menyampaikan bahwa menurut riset Lokadata Kota Kediri masuk dalam 10 besar “Booming Cities” 2020 di Indonesia. “Alhamdulillah kita masuk kajian Lokadata tentang 10 kota paling berkembang. Kita patut bersyukur terkait ada lembaga lain yang memotret data tentang Kota Kediri dan ditulis dengan sudut pandang yang berbeda,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala KPwBI Kediri Sofwan Kurnia mengatakan ada banyak rangkaian kegiatan kolaborasi antara Bank Indonesia Kediri dan Pemerintah Kota Kediri dan perbankan untuk melakukan kegiatan yang nantinya punya nilai tambah terhadap nilai ekonomi. “Kita harus optimis. Kalau smart city nya makin maju lagi, orang itu akan berinvestasi di Kota Kediri dengan senang hati. Karena masyarakatnya yang 230 juta yang milenial yang demografisnya itu amat baik untuk berkonsumsi itu mau membangun pabrik atau berinvestasi di kota kediri,” jelasnya.
Selain itu, Sofwan memaparkan rekomendasi KpwBI dalam rangka pengendalian inflasi di Kota Kediri yaitu dengan memperhatikan keterjangkauan harga dan ketersediaan pasokan serta komunikasi yang efektif.
Hadir pula dalam kegiatan tersebut Penjabat Sekretaris Daerah, Kepala BPS Kota Kediri, Kepala OJK Kediri, Perwakilan Kejaksaan Negeri dan Polresta Kediri, serta Kepala OPD terkait.