Ecoton Sebut Air Sungai Brantas Kediri Tercemar Microplastik, 20 Spesies Ikan Terancam Punah

Kediri Dalam Berita | 10/01/2022

Tribun kediri

 
TribunJatim.com/ Didik Mashudi
 
Kegiatan nonton bareng Ekspedisi 3 Sungai dan Diskusi Sampah Sachet Tak Seindah Sunset di Cafe Segoro, Kota Kediri, Minggu (9/1/2022) malam. 
 

Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Didik Mashudi

TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - Sungai Brantas yang melintas di tengah Kota Kediri dari hasil ekspedisi dan penelitian Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) airnya telah tercemar microplastik

Microplastik juga ditemukan dari hasil ekspedisi dan penelitian Ecoton pada 23 sungai besar lainnya di Indonesia. 

"Microplastik kami temukan di Sungai Brantas di Kediri dan hilir sungai juga mengandung microplastik," ungkap Prigi Arisandi, Peneliti Ecoton saat nonton bareng film dokumenter Ekspedisi 3 Sungai dan Diskusi Sampah Sachet Tak Seindah Sunset di Cafe Segoro, Kota Kediri, Minggu (9/1/2022) malam.

Dijelaskan, sumber dari microplastik berasal dari tumpukan sampah plastik. 

Apalagi setiap tahun Indonesia menghasilkan sekitar 8 juta ton sampah plastik.

Namun dari jumlah tersebut yang mampu diolah baru sekitar 3 juta ton.

Sehingga masih ada sekitar 5 juta ton yang tidak terkelola. Akibatnya sampah mengakibatkan pencemaran microplastik seperti ditemukan di Sungai Brantas.

"Kami mendorong agar ada perlakuan terhadap sampah kita. Masyarakat di Kediri dan Jawa Timur harus bertanggung jawab terhadap sampah yang kita buang," jelasnya.

Karena sampah yang dibuang menghasilkan microplastik. "Indonesia kawasan tropis, sampah plastik mudah terpapar matahari sehingga menjadi microplastik," jelasnya.

Apalagi air Sungai Brantas di hilir sungai juga diolah menjadi bahan baku PDAM Surabaya.

 "Di Kediri kami menemukan 20 spesies jenis ikan khas Sungai Brantas yang terancam punah akibat pencemaran microplastik," ungkapnya.

Prigi mengajak masyarakat untuk mengelola dan menjaga sampah agar tidak mencemari Sungai Brantas sehingga dapat melestarikan 20  spesies ikan.

Sementara kepada aparat pemerintah diharapkan untuk menyediakan infrastruktur pengolahan sampah di setiap desa dan kelurahan.

 "Setiap desa harus punya tempat pembuangan sampah (TPS) dan dimunculkan kelompok masyarakat yang aktif melakukan pemantauan dan mendorong pengurangan plastik sekali pakai," jelasnya.

Prigi Arisandi menyebutkan saat ini masyarakat telah menjadi ketergantungan pada bahan plastik seperti tas kresek, sedotan, sachet, sterofoam dan botol plastik sekali pakai.

"Pemkot dan Pemkab Kediri harus mendorong munculnya Peraturan daerah (Perda) pengurangan atau larangan penggunaan plastik sekali pakai," ungkapnya.

Dijelaskan, di Indonesia sudah ada sekitar 60 daerah yang telah membuat peraturan dan regulasi terkait dengan pengurangan plastik sekali pakai.

Sedangkan beberapa daerah yang telah menerapkan di antaranya DKI Jakarta, Pemprov Bali dan Pemkab Gresik. 
"Kami mendorong pemkab dan pemkot di sepanjang Sungai Brantas mempunyai  perda atau  larangan plastik sekali pakai," ungkapnya.

Sementara Diskusi Sampah Sachet Tak Seindah Sunset menampilkan  Endang Pertiwi, Pegiat Kediri Ben Resik, Ninik anggota DPRD Kota Kediri dan Roni, Kabid Kebersihan Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri