Kediri (ANTARA) - Para perajut dari Kediri, Jawa Timur, mendapatkan kesempatan untuk ikut pelatihan seni merajut Amigurumi, yakni teknik membuat boneka dari rajut dengan harapan mampu mengasah kreativitas para perajin itu dalam membuat karya.

"Ini sangat bagus sekali karena mengasah kreativitas biar berkembang. Kami, para parajut menyambut baik kegiatan ini dan ke depan diharapkan lebih banyak pelatihan lagi," kata Ketua Komunitas Rajut Kediri Dianing Lestari saat pelatihan kerajinan tangan "handicraft" untuk menumbuhkan industri kreatif di Kediri, Selasa.

Ia mengatakan, selama ini para perajut banyak yang membuat aneka rajutan dengan model tas, sepatu, dan dompet. Dengan ikut kelas Amigurumi ini, para perajut mendapatkan pandangan baru agar mereka lebih kreatif dalam membuat kerajinan tangan. 

Di Kediri, para perajut juga sering mengadakan pertemuan yakni tiap satu bulan sekali di pekan ketiga. Di dalam forum itu, semua bisa saling belajar, baik tingkat kesulitan, maupun pola. Jumlah anggotanya kurang lebih 100 orang, baik dari Kota dan Kabupaten Kediri. 

Dirinya menambahkan membuat kerajinan anigomori ini, lebih teliti ketimbang membuat tas ataupun dompet. Dalam satu bentuk ada beragam pola dan detail, sehingga harus konsentrasi. 

Ia berharap, dengan kesempatan ini para perajut dari Kediri lebih bersemangat lagi. Produk yang dibuat juga beragam, sehingga pembeli lebih suka dan pendapatan mereka menjadi lebih baik lagi. 

"Di Kediri ini para perajut bersemangat. Bahkan, di komunitas juga ada perajut seorang laki-laki, jadi bapak-bapak juga bisa asalkan tidak gengsi. Selama ini, teman-teman juga bisa jualan sendiri di media sosialnya masing-masing, tapi saat pameran juga tetap diajak bersama. Dengan ini, harapannya bisa berkembang lagi," kata Dian.  

Sementara itu, pelatih seni merajut Amigurumi, Diang Fidianingrum dari "Deeamigurumi" mengatakan dirinya sangat senang memberikan ilmu dengan seni ini. Saat ini, seni merajut sudah menjadi industri kreatif yang menarik bukan hanya pasar dalam negeri tapi juga luar negeri.

Ia mencontohkan, untuk pasar luar negeri, satu boneka kecil bisa dijual dengan harga Rp300-500 ribu, tergantung modelnya. Di dalam negeri, untuk boneka bisa dijual mulai puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah per boneka. 

Dirinya juga mengaku sangat suka dengan seni merajut. Awalnya, lima tahun lalu, ia membuat aneka tas, namun setelah satu tahun berlalu dirinya lebih konsentrasi membuat boneka dengan teknik Amigurumi ini. 

Dalam membuat boneka, ia mengaku tingkat kesulitannya beragam. Dalam satu boneka, juga terdapat beragam pola misalnya untuk bagian kepala, telinga, badan, kaki, semuanya berbeda. Jika salah pola, boneka tidak akan jadi. 

"Dulu agak susah orang mengenal seni ini, tapi sekarang banyak yang sudah mengenalnya. Mainnya inovasi, kreasi, jadi bisa lihat pasarnya, termasuk untuk luar negeri tekniknya lebih suka pewarnaan alam," kata dia.

Ia juga menilai, para peserta dari Kediri ini sangat bersemangat. Dirinya berharap, mereka nantinya bisa menghasilkan karya yang lebih menarik, sehingga bisa menjadi bekal dalam membuat produk. Dengan itu, pelanggan akan lebih senang karena mempunyai beragam pilihan produk untuk dikoleksi. 

Dalam kegiatan pelatihan itu, ada puluhan orang mayoritas ibu-ibu yang dilibatkan. Selain merajut, ada juga seni membuat kerajinan dari kain flanel, termasuk membuat shibori, teknik pewarnaan asal Jepang yang berkonsep kain ikat dan celup. Acara itu digelar oleh Dekranasda Kota Kediri selama dua hari, yakni 12-13 Maret 2019.