Rumah Sakit Gigi dan Mulut Satu-Satunya di Kediri Raya Siap Menerima Pasien Di Era New Normal

Kediri Dalam Berita | 09/07/2020

logo

Dokter gigi, meski bukan petugas medis yang secara langsung menangani pasien Covid-19 namun sangat rawan tertular. Risikonya besar sebab harus menghadapi pasien sakit gigi yang mungkin terinfeksi Covid-19. Selain profesinya dianggap paling beresiko, dokter gigi pun terkena imbas secara ekonomi dengan sedikitnya orang yang berani periksa gigi di masa pandemik ini. Problem tersebut dialami oleh Rumah Sakit Gigi & Mulut Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata (RSGM IIK BW). Rumah sakit ini merupakan satu-satunya rumah sakit khusus gigi dan mulut di Karisidenan Kediri, berdiri tahun 2016. Memiliki 3 fungsi yaitu pengobatan umum, spesialis, dan sarana edukasi bagi kegiatan perkuliahan mahasiswa Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kota Kediri.

RSGM IIK Bhakti Wiyata Kota Kediri adalah satu-satunya rumah sakit khusus gigi dan mulut di wilayah Kediri dan sekitarnya.

Menurut Drg. Sahat Manampin Siahaan, MMRS, Direktur RSGM IIK BW, risiko besar dokter gigi tertular bukan hanya melalui droplet, namun juga aerosol. Droplet adalah percikan yang sebagian besar terdiri dari air dan dihasilkan oleh saluran pernapasan. Percikan itu keluar saat kita bicara, bersin, ataupun batuk, dan bisa menempel di berbagai benda di sekitar kita. Untuk menghindari penularan virus lewat droplet, kita bisa melakukan jaga jarak dan memakai masker.

Sedangkan aerosol adalah partikel padat atau cair yang melayang bersama partikel gas seperti udara. Walaupun saat ini masih menjadi perdebatan para ahli, apakah covid-19 bisa menular lewat udara (airborne) atau tidak, namun tetaplah beresiko besar apabila kita terlalu berdekatan dan berada di ruang tertutup bersama orang yang positif covid-19.

Setiap pengunjung diperiksa suhu tubuh dan wajib mencuci tangan sebelum memasuki ruangan rumah sakit.

“Lingkup kerja kami adalah sekitar mulut, padahal aerosol yang bersumber dari mulut pasien bisa terbawa udara keluar sehingga lebih berbahaya,” kata Drg. Sahat. Oleh sebab itu, Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) menerapkan protokol kesehatan ketat untuk melindungi para tenaga kesehatan (nakes) dan juga mencegah penyebaran Covid-19.

“Semua dokter yang menangani harus mengenakan APD level 3 lengkap,” kata Drg. Sahat. APD level 3 dikenakan oleh nakes yang menangangi pasien positif Covid-19. APD yang menutup seluruh tubuh dan hanya sekali pakai. Bukan bermaksud untuk membuat suasana menjadi mencekam, namun penggunaan APD lengkap itu untuk langkah antisipasi karena kita tidak tahu kondisi pasien yang akan dihadapi. “Supaya pasien terhibur, bayangkan saja anda sedang ditangani oleh seorang astronot,” Kelakar beliau.

Ruang tunggu telah menerapkan protokol kesehatan yang ditentukan, pasien bisa mendaftar secara online ataupun offline.

Selain itu, untuk mencegah kerumunan dan menerapkan physical distancing di lingkungan rumah sakit, pihak RSGM sedang merenovasi ruangan dengan mengubah yang tadinya 14 ruang periksa menjadi 7 ruang saja. Hal ini dilakukan agar ada jarak yang lebih luas baik bagi nakes maupun pasien.

Sedangkan protokol kesehatan untuk pasien yang datang sudah sesuai dengan standar yang diberlakukan seperti di tempat lain di masa pandemik ini. Pasien yang datang dicek suhu badannya oleh petugas keamanan, bila lebih dari 38 derajat maka tidak boleh masuk. Selanjutnya cuci tangan dengan sabun dan menggunakan hand sanitizer.

para nakes di ruang periksa gigi wajib memakai kelengkapan APD level 3.

Setelah melakukan prosedur tersebut, pasien bisa menunggu di ruang tunggu yang sudah diberi tanda agar pasien bisa duduk berjarak. Pendaftaran pasien bisa dilakukan dengan cara online maupun offline, namun disarankan agar pasien mendaftar via online untuk menghindari kerumunan. Setelah mendaftar dan antri, pasien yang telah dipanggil diarahkan untuk langsung menuju ruang periksa dengan seminim mungkin berinteraksi dengan petugas.

“Paling aman memang ruang operasi karena paling steril dan punya filter udara,” kata Drg. Sahat. “Karena itu kami membagi ruangan berdasar resiko, yaitu High Risk dan Low Risk. Untuk pasien yang memang perlu penanganan serius kami tempatkan di ruang operasi. Namun ruang lain dengan resiko rendah, tetap kami sediakan kelengkapan portable untuk mengantisipasi resiko penularan bagi nakes dan pasien”, paparnya.

Banyak nakes yang tertular covid-19 dari pasien disebabkan karena lalai dalam menerapkan SOP saat selesai bertugas.

“Mengapa banyak dokter dan perawat tertular covid-19 dari pasien, Dok, saat bertugas?” Pertanyaan terakhir bagi Drg. Sahat sebelum saya berpamitan.

“Mereka abai SOP.” Jawabnya lugas. “memakai APD apalagi level 3 itu tidak nyaman, para nakes bisa sampai berjam-jam di dalam pakaian itu. Begitu selesai bertugas, kadang saking senangnya terbebas dari baju APD, mereka lupa menerapkan Standar operasional yang harus dipatuhi.”