SMAN 2 Kediri Raih Juara 1 Lomba Roket tingkat Jatim

pendidikan | 01/03/2016

Radar Kediri | Berita Kediri | Berita Utama

boks smada roket-01

Meski sebelumnya pesimis menjadi juara, Dimas, Febrilian, dan Zulva akhirnya berhasil meraih juara 1 dalam Mechanical Rocket Competition (MERCI) yang diselenggarakan Universitas Jember Desember 2015 lalu. Meski ketiganya harus menerjang hujan, dan begadang untuk mempersiapkannya. Seperti apa perjuangan mereka?

DINA ROSYIDHA

Suasana Sekolah Menengah Atas Negeri 2 (SMAN 2) Kediri Jumat kemarin (26/2) terlihat ramai. Tiga siswa yang duduk di ruang wakil kepala sekolah terlihat antusias menyambut wartawan koran ini. Ketiganya seperti tidak sabar menceritakan pengalaman-pengalaman mereka saat menjalani MERCI yang dilaksanakan 5 Desember 2015 lalu.
“Tidak menyangka bisa menjadi pemenang,” terang Dimas Maula Hayat, 16, yang kemarin terlihat duduk bersama dengan dua teman satu timnya yakni M. Febrilian Syah, 16, dan Zulvan Avivi, 16.
Pasalnya sejak babak penyisihan, ketiganya merasa pesimistis bisa lolos. Dari 60 soal, hanya 33 yang berani mereka jawab. Sistem minus untuk jawaban yang salah membuat ketiganya harus mempertimbangkan jawaban mereka dengan matang.
Alangkah kagetnya saat diumumkan bahwa tim mereka berhasil lolos. Makanya mereka langsung memulai untuk melakukan uji coba pembuatan roket sejak tanggal 18 November 2015. “Kami membuat sampai tiga generasi,” terang Dimas yang juga siswa X MIA 8 tersebut.
Generasi pertama mereka buat dengan sangat sederhana. Hanya dengan botol air mineral ukuran 1,5 liter yang disambungkan dengan launcher atau alat peluncur. Dari sana, tim yang diketuai Febrilian tersebut mengembangkan model roket dengan memberikan selongsong pada tubuh roket.
Sayang dengan adanya selongsong yang terbuat dari pipa tersebut, jarak luncur roket tidak cukup jauh. Oleh siswa-siswa kelas X itu, pipa yang membungkus botol dilubangi berbentuk kotak. Beruntung usai dilakukan perbaikan, luncuran roket bisa lebih jauh.
“Pipa tersebut sebagai kerangka dan menambah estetika,” terang Lian menimpali.
Sedangkan generasi ketiga, roket buatan mereka dilengkapi dengan sayap dan moncong (nose). Hingga waktu perlombaan, tim dibawah asuhan Edi Hartono, tim melakukan percobaan berkali-kali yakni dengan memperkirakan jumlah tekanan yang masuk.
“Jaraknya kan sudah disampaikan di technical meeting. Kita berusaha bagaimana agar roket kita jatuh di zona yang ditentukan,” tambah Zulvan.
Tim harus membuat empat roket untuk dilombakan di hari kompetisi yakni tanggal 5 Desember 2015.
Hingga menjelang hari H yakni tanggal 4 Desember, mereka pun melakukan uji coba terakhir sebelum bertanding. Namun betapa paniknya mereka saat mengetahui roket mereka tidak ada yang bertahan usai diujicobakan.
“Semuanya rusak usai luncurkan,” terang Lian yang juga siswa kelas X MIA 8 tersebut.
Tidak mau terlena dengan kepanikan, sekitar pukul 18.00 WIB, mereka langsung bergerak mencari bahan-bahan untuk membuat roket. Padahal pukul 21.00, mereka harus segera berangkat ke Jember. Selama rentang waktu itu mereka ngebut membuat empat roket.
“Hujan-hujan tetap kami terjang buat nyari dan nggraji pipa,” tambah Dimas yang asli Kertosono tersebut.
Hingga waktu keberangkatan, mereka masih sibuk membenahi roket. Jika yang lainnya terlihat beristirahat di dalam bis, Dimas, Lian dan Zulvan masih mengotak-atik roket mereka agar sempurna. Barulah keesokan harinya yakni tanggal 4 Desember, roket mereka selesai dan siap dipresentasikan.
Saat itupun, ketiganya mengaku minder. Pasalnya tim yang lain mempresentasikan roket mereka dengan menggunakan program canggih dan sangat lengkap mengapa bentuk roket mereka seperti itu dan alasan penggunaan bahan yang mereka gunakan.
“Yang membedakan roket kita adalah adanya katup satu arah,” tambah Zulvan.
Meski sempat minder, mereka tetap berupaya memberikan hal yang terbaik saat peluncuran. Makanya saat diberi kesempatan terakhir oleh juri untuk memperbaiki roket, mereka berusaha memanfaatkanya dengan baik. Mereka pun meminta bantuan alumni SMAN 2 Kediri yang berada di sana untuk membantu mencarikan selang yang lebih kecil untuk peluncur mereka.
Selang yang dimaksud baru datang 10 menit sebelum waktu perbaikan berakhir. Makanya mereka sempat gelagapan saat menggantinya karena terlalu gugup takut kehabisan waktu. “Alhamdulillah berhasil kami selesaikan sebelum waktu habis,” tambah remaja asal Nganjuk tersebut.
Perjuangan mereka belum berakhir. Saat waktu peluncuran, ada beberapa bagian roket yang terlepas. “Beh pengen nangis saya, masak belum bertanding sudah hancur duluan,” curhat Dimas. Selongsong roket pertama kendor. Namun beruntung tetap menempel di tubuh roket saat meluncur karena tekanan di dalam botol yang membuat botol mengembangan.
Tidak hanya itu, nose roket kedua juga terlepas. Namun karena gaya dorong dari roket yang cukup besar membuat moncong yang terbuat dari tutup pestisida tersebut berhasil menempel sampai zona sasaran berbentuk lingkarang dengan jari-jari 4 meter.
“Baru boleh hancur kalau sudah sampai zona yang ditentukan,” sela Lian.
Beruntung roket mereka berhasil mendarat di zona dua dari tiga zona yang disediakan. Dan siang harinya, hasilnya langsung diumumkan. Mengetahui tim mereka berhasil meraih juara 1, ketiganya sontak berpelukan bahagia.
“Alhamdulillah, nggak nyangka ternyata bisa menang,” pungkas Zulvan. (ery