Senyum terus mengembang dari wajah Edwin, Cowok berambut cepak ini memang patut senang. Baru saja dia mengukuhkan diri sebagai yang terbaik di Jawa timur dalam lomba cipta kreasi resep tingkat SMK yang digelar salah satu produsen tepung nasional. Dan, itu berarti, tinggal selangkah lagi dia memiliki kesempatan menjadi terbaik tingkat nasional. "Besok 1 Juli tanding lagi di final," ujarnya saat ditemui Radar Kediri di SMKN 3 Kediri pekan lalu. Lomba yang digelar tiap tahun Ini sebenarnya tidak asing baginya. Tapi, tahun lalu, dia baru didapuk menjadi asisten koki. Namun, justru dari situ anak kedua dari lima bersaudara ini banyak belajar. Termasuk, menyelami seluk beluk menu khas dari daeruh lain. Pengalaman itulah yang kemudian menginspirasinya untuk memunculkan sambal tumpang ketika disodori tema 'pasta nusantara' boleh panitia. "Kediri terkenal dengan sambal tumpang, sekalian bisa mengenalkan," tutur putra Darmaji dan Triniswati Wahyuni ini.
PR besar yang harus dihadapinya adalah ketika harus memadukan rasa internasional dari pasta dengan bumbu tradisional dari sambal tumpang. "Saya akhimya buat rasa lebil gurih pada sambal tumpangnya dengan menambah santan,"jelas Edwin. Dia juga mengurangi komposisi tempe busuk dengan memberi tempe biasa agar aromanya serasa lebih segar.
Belum selesai sampai di situ, agar menu tradisional tidak kalah dengan pasta, dia membuat tiga lauk istimewa dengan bumbu mungut. Yaitu ikan pari, cumi-cumi, dan udang. Menunya semakin memikat juri ketika rempeyek yang biasanya selalu mendampingi sambal tumpang diganti dengan kremesan. Kremesan asli olahan Edwin ini terbuat dari tepung tapioka dan tepung beras dengan rasa yang sangat gurih. Cocok untuk menu ciptaannya yang diberi nama 'Long Macaroni Mangut Saus Tumpang' itu.
Yang menarik, Edwin memiliki cerita tersendiri di balik sambal khas Kediri itu. Yakni, dia pernah trauma mengkonsumsinya. Padahal, semula merupakan penggemar berat dan hampir setiap hari mengonsumsinya. Hingga suatu saat diduga terlalu banyak menyantap sambal tumpang, dia sampai tidak bisa buang air besar (BAB) sampai beberapa hari. Dan, itu sangat menyiksanya. "Habis itu kapok makan," kisahnya sambil tertawa. Tapi, justru karena resep makanan yang pernah membuatnya trauma itu dia menjadi jawara tingkat provinsi.
Bagi Edwin, memasak memang sudah menjadi hobinya. Meski, sebenarnya kesukaannya itu ditentang orangtua. Namun, dengan prestasi yang berhasil ditorehkannya tersebut, dia berharap bisa membanggakan kedua orang tuanya dan berhasil menjadi pengusaha kuliner yang dicita-citakannya selama ini.
Saat bertanding di final nanti,Edwin tidak sendiri. Bersama rekannya yang meriah peringkat 3, Mohamad Fahrul Riza, keduanya akan bersaing menjadi terbaik. Fahrul, temannya di SMKN 3 kediri, juga menjadi waktu untuk final di Surabaya, 1 Juli nanti. Dia akan membawa menu 'Roll Spaghetti with Khatulistiwa Souce'. Yakni, pasta spaghetti dengan tiga bumbu dasar merah, hijau, dan kuning ditambah beberapa lauk istimewa, yaitu burung emprit, kelinci dan rajungan serta kol banda dan jantung pisang.
Kedua siswa SMKN 3 Kediri ini memiliki kesempatan besar menjadi yang terbaik. "Keunggulannya terletak pada kreasi penggunaan bumbu, bahan yang unik, dan tampilannya yang istimewa," jelas Ketua Jurusan Tata Boga SMKN 3 Kediri Iril Apriantini yang mendampingi Kepala SMKN 3 Kediri Gatot Subagyo.
Radar Kediri