Belasan pelajar Smada berpakaian putih abu-abu berbaris rapi di depan seluruh siswa saat upacara bendera, kemarin. Mereka adalah tim paskibra yang menjadi wakil Smada di ajang Kreativitas Pasukan Pengibar Bendera atau Kibar Open Cup 2012. Dalam upacara itu, sekolah mengumumkan prestasi yang baru mereka peroleh sekaligus mengucapkan selamat kepadanya.
Tentu saja, rona kebanggaan langsung terpancar dari raut muka mereka. Maklum, di ajang itu bukan hanya satu-dua penghargaan yang diperoleh. Tapi, lima dari tujuh gelar sekaligus. Lima gelar itu adalah juara I, Best Yel-Yel, Best Variasi, Best PBB Dasar, dan Peleton Favorit.
Ya, mereka menjadi juara umum di ajang lomba antar tim paskibra SMK dan SMA se-Jawa dan Bali itu. Lomba digelar oleh SMAN 6 Surabaya, Minggu (18/11) lalu, sehari sebelum prestasinya diumumkan.
"Sejak awal kami ingin mempertahankan gelar juara umum. Makanya, kami berusaha memberikan yang terbaik," ujar Angga Nugraha, siswa kelas XI-IPA1 yang juga ketua Paskibra Smada atau disebut juga gubernur. Ini sesuai dengan harapan mereka, pembimbing, serta sekolah.
Tahun lalu, mereka juga berhasil keluar sebagai juara umum. Karena itu, mereka tak ingin dipermalukan tahun ini. Makanya, persiapan dilakukan secara intensif. Dalam sebulan terakhir, latihan digelar setiap hari sepulang sekolah selama beberapa jam.
Tak peduli capek dan kulit menghitam, seluruh anggota tim yang berjumlah 16 orang berlatih baris-berbaris hingga benar-benar kompak. Sikap, kerapian, ketegasan, dan semangat harus tampak. Mereka juga berlatih fisik, formasi, variasi gerakan, hingga yel-yel. Untuk membetot perhatian juri, tim ini membuat koreografi unik dengan memadukan tarian tradisional dan modern.
Dan, untuk itu semua, Angga Cs didampingi kakak-kakak kelasnya di ekskul Paskibra Smada yang tahun lalu mampu mempersembahkan gelar juara umum. "Masing-masing kategori memiliki kriteria penilaian sendiri, makanya kami berusaha se optimal mungkin," sambung Rizky Putra, siswa kelas X-9 yang di lomba tersebut bertugas sebagai komandan peleton (danton).
Cukup? Belum. Rizky dkk harus mempersiapkan kostum khusus. Tahun ini, temanya adalah pakaian nusantara. Mereka mengombinasikan seragam paskibra atasan merah dan bawahan putih dengan kain Bali. Kain kotak-kotak hitam-putih tersebut dikenakan sebagai aksen serupa sabuk atau sarung pendek. Plus tambahan udeng untuk anggota laki-laki dan bando etnik untuk anggota perempuan.
"Ide kostum dari tim, tapi dapat bantuan juga dari ibu saya untuk modelnya, bordir, dan lain-lain," jelas Umam Akbar, kelas X-6, anggota tim paskibra yang kebetulan sang ibu memiliki usaha konveksi.
Untuk kesiapan mental, sebelum bertanding, mereka mendapatkan motivasi dari kakak kelas yang melatih. Motivasi itulah yang membuat mereka tampil percaya diri di hadapan juri dan penonton. Apalagi mereka juga mendapat dukungan dari teman-teman sekolah serta alumni saat lomba. "Paling menyulut semangat itu saat kami dipanggil tampil. Saat berjalan, pembawa acara mengatakan bahwa Paskibra Smada langganan juara. Bangga sekali," lanjut Rizky.
Selain membawa nama harum sekolah, seluruh anggota tim Paskibra Smada merasa mendapatkan banyak manfaat bergabung dengan ekskul tersebut. Fisik dan mental mereka menjadi terlatih. Rasa kekeluargaan dan kebersamaan pun kuat. "Dan pastinya kelihatan gagah, tegas, dan elegan gitu," tutur Angga sambil tersenyum.
Pembimbing Paskibra Smada Edi Hartono mengatakan bahwa ekskul paskibra memang memberikan manfaat fisik dan mental bagi siswa. Dan, untuk menjadi anggota, tak hanya tinggi badan yang dipertimbangkan, kemampuan baris-berbaris atau skill juga menjadi perhatian. "Di Kibar kemarin, saya yakin Smada bisa juara umum lagi. Sebab, mereka dilatih oleh kakak kelas yang sudah berpengalaman ikut dan juara tahun lalu," katanya.
Radar, Kediri