Senyum mengembang di bibir Moh. Edwin dan Unggul Joyowijaya saat ditemui wartawan koran ini di ruang Kepala SMPN 1 Kediri, Rabu [21/11). Siswa kelas lXB dan IXA ini terlihat bangga dengan piala yang baru saja diraihnya. "Senang sekali bisa juara Kuis Fisika 2012," ujar Edwin disambut anggukan Unggul. Kedua remaja ini memang tampil berpasangan dalam Kuis Fisika 2012.
Sebelum tampil di partai final, mereka harus bersaing ketat dengan pasangan terbaik se-Karesidenan Kediri. Babak penyisihan digelar di SMAN 7 Kediri, Oktober lalu. Sebanyak 30 pasangan berkompetisi. Di sini Unggul dan Edwin harus berjuang ekstrakeras.
Berkat rajin latihan soal, tes tulis dibabak penyisihan bisa dituntaskan. Hasilnya, duo siswa kelas IX ini meraih nilai tertinggi. "Kami menjadi juara rayon. Sehingga berhak tampil di semifinal," kata Edwin. Babak semifinal digelar di kampus C Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, pada 10 November. Ada 27 tim yang berlaga. Di babak ini, peserta diuji kemampuannya. Tes tulis menjadi materi yang harus diselesaikan.
"Kami masuk lima besar dan bisa lolos ke final," ujar siswa peraih perak bidang studi matematika dalam International Competitions and Assessments for Schools (ICAS) 2012 itu. Edwin dan Unggul tidak bisa berleha-leha setelah lolos ke final. Sebab panitia menggelar babak puncak tersebut beberapa jam setelah babak semifinal, "Kami sempai deg-degan saat babak final," aku Edwin. Di babak final, panitia tidak hanya menguji kemampuan peserta melalui tes tulis. Setelah mengerjakan sepuluh soal uraian tentang fisika, panitia juga menguji kemampuan praktikum.
Penentuan juara ditentukan lewat babak cerdas cermat. Lima tim harus mendapatkan nilai tertinggi jika ingin menjadi juara. Kemampuan Edwin dan Unggul terlihat saat babak adu cepat. Mereka mampu mengungguli lawan-lawannya. "Setiap ada pertanyaan, kami selalu menekan bel lebih dulu," sambung Unggul.
Beruntung, jawaban mereka selalu benar. Sehingga poin yang didapat tidak mengalami pengurangan. Puncaknya pada pertanyaan dengan poin kelipatan 15, mereka bisa menjawab dengan benar. Total poinnya 250. Nilai ini jauh di atas pesaingnya, yang meraih 105 poin,
Namun demikian, Edwin dan Unggul sempat grogi saat pertanyaan terakhir. Di pertanyaan yang memperebutkan nilai 100 tersebut jago fisika SMPN 1 ini memilih tidak menjawab. "Sebab kalau salah, nilai kami akan dikurangi 100 dan itu rawan kalah," terang Unggul mengenai alasan tidak menjawab pertanyaan terakhir itu.
Beruntung, tim pesaing juga tidak berani menjawab. Pertanyaan dengan poin 100 itupun lewat begitu saja. Panitia akhirnya memberi kesempatan menjawab meski tidak ada penambahan atau pengurangan poin. Pertanyaan tersebut adalah alasan manusia dilarang memasuki daerah bertegangan listrik 2.000 volt, Edwin mampu menjawabnya dengan benar. "Jawabannya adalah radiasi elektromagnet akan merusak metabolisme tubuh," ungkapnya.
Kendati begitu, Edwin dan Unggul tidak kecewa membiarkan pertanyaan terakhir tak terjawab. Sebab poin yang diraih sudah cukup untuk menjadi yang terbaik di Jawa Timur. Kedua jagoan fisika ini pun pulang ke kediri membawa piala dan uang pembinaan.
"Kami sama sekali tidak menduga menjadi juara. Lni sungguh luar biasa," timpal Unggul. Bapak Noto, Kabid Pendidikan Menengah Dinas pendidikan Kota Kediri, pun bangga dengan prestasti ini. Apalagi, dia sebelumnya menjabat kepala sekolah SMPN 1 Kediri sebelum dimutasi 24 November silarn. "Prestasi ini harus dipertahankan dan ditingkatkan," katanya.
Setelah meninggalkan sekolah yang dipimpinnya, Noto berpesan kepada anak didiknya untuk terus berprestasi. "Mereka tidak hanya membawa nama SMPN 1 tetapi juga Kota Kediri," urainya. Noto menganggap prestasi Edwin dan Unggul adalah buah kerja keras semua pihak. Karena sebelum mengikuti lomba, dua siswa ini mendapat pembinaan dari guru pembina. Sekolah juga memberikan jam khusus untuk ekstrakulikuler. "Siswa yang mempunyai kemampuan dan bakat serta minat, kami berikan pembinaan di ekstrakulikuler sekolah," jelasnya.
Kediri, Radar