"Kami di sini hanya mengabdi," ujar Kasiana saat ditemui wartawan koran ini di tempat kerjanya, kemarin. Dia adalah kepala dan pengelola Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ceria Gerdu Sehati (GS) Kelurahan Dandangan, Kecamatan Kota, Kota Kediri. Sebagai kepala PAUD, jangan bayangkan dia bergaji jutaan layaknya guru-guru PNS yang sudah bersertifikasi. Apalagi ke sekolah dengan mengendarai mobil, Kasiana tetaplah perempuan dengan kebersahajaan seorang pendidik. Dia memilih berjalan kaki pulang-pergi dari rumah yang berjarak sekitar satu kilometer.
Itu tidak hanya dijalani dalam satu-dua bulan ini. Melainkan, sudah sejak lima tahun lalu saat PAUD yang dikelolanya berdiri pada 22 Mei 2007. "Saya hanya ingin membantu anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak," ujar perempuan kelahiran Kediri, 28 Maret 1953 ini.
PAUD Ceria GS adalah PAUD pertama yang berdiri di Kota Kediri. Yang merintis adalah Ni Ketut Suciwati Maschut, istri mantan Walikota Achmad Maschut. Kelurahan Dandangan dipilih sebagai lokasi.
PAUD itu menempati dua kios milik kelurahan di sekitar pabrik PT. Gudang Garam (GG). Tepatnya di antara deretan kios di wilayah yang disebut kompleks cemara. Adapun Kasiana ditunjuk sebagai kepala karena sebelumnya dia memang aktif dalam gerakan Gerdu Sehati di kelurahannya. Semua itu berbasis pengabdian. Tidak ada honor khusus yang diterimanya setiap bulan. Meski demikian, Kasiana melakukan itu semua dengan senang hati dan penuh kerelaan.
"Saya senang kalau bisa bermanfaat bagi orang lain,"katanya. Ya, keceriaan bocah-bocah PAUD yang berusia 2-5 tahun itu sudah cukup membuatnya bahagia. Sebenarnya, ada insentif dari pemkot yang diberikan untuk guru PAUD sepertinya. Nilainya Rp 120 ribu per bulan. Akan tetapi, penerimaannya tidak setiap bulan. Melainkan, biasanya dirapel delapan bulan sekali.
Tentu, itu bukan jumlah yang besar. Apalagi dibanding pengorbanannya yang demikian besar. "Kami memandangnya sebagai pengabdian. Sebab, kalau tidak ikhlas, mengajar di PAUD tidak akan kerasan," tandasnya.
Sebagai kepala PAUD pertama di Kota Kediri, Kasiana benar-benar harus babat. Saat itu tidak satu pun siswanya yang berseragam. Sebagian juga tidak bersepatu. "Bahkan, ada yang belum mandi," kenang nenek 13 cucu ini.
Tapi, alumnus D1 Akademi Administrasi Niaga Kediri pada 1969 ini tidak menyerah. Dia terus mendampingi siswanya dengan telaten. Orang tua juga terus diberi pemahaman tentang pentingnya pendidikan.
Untuk menunjang sarana dan prasarana pembelajaran, Kasiana berinisiatif rnernbuka sumbangan sukarela kepada orang tua dan wali murid. Ini dilakukan saat penerimaan siswa baru. "Dulu klithikan (recehan) namanya. Sebab, sumbangan hanya uang receh," ungkapnya.
Karena sukarela, sumbangan yang terkumpul pun tidak seberapa. Makanya, seiring berkembangnya jumlah siswa, Kasiana mulai mengenakan iuran pendidikan bulanan. Saat ini, nilainya Rp 10 ribu per bulan. Akan tetapi, ini tidak dikenakan kepada semuanya yang berjumlah 42 orang. Bagi yang tidak mampu, di gratiskan.
Dana iuran pendidikan bulanan itulah yang digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran di sana. Termasuk, melengkapi sarana dan prasarananya. "Semua kami kembalikan kepada siswa," tandasnya.
Itu pun seringkali tak cukup. Makanya, mereka juga mendapat bantuan dari pemkot maupun masyarakat sekitar. Seperti 8 Oktober lalu, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Dandangan memberikan bantuan dua unit mainan anak berupa bebek goyang dari kayu.
Dengan kerja keras plus keikhlasan Kasiana dkk inilah PAUD Ceria GS Dandangan berhasil menjadi PAUD percontohan dan sering menjadi jujukan studi banding PAUD yang lain. Di PAUD ini, Kasiana menerapkan metode belajar sambil bermain untuk kegiatan pembelajaran.
Metode ini dinilai efektif karena anak-anak menjadi tidak bosan. Mereka serasa bermain saat belajar. "Kami ingin anak-anak bisa belajar dengan senang, tanpa harus merasa terbebani," katanya.
Kediri, Radar